Ringkasan Ceramah Subuh di MRB Banda Aceh, Jumat 2 Agustus 2024, tentang Pemantapan Ilmu Tauhid disampaikan oleh Ustaz H. Mursalin Basyah, Lc., MA dengan topik Hikmah ke-49 Kitab Al-Hikam Atthaillah As-Sakandari:
Pertama, puji dan syukur kepada Allah kemudian selawat dan salam kepada Rasulullah, kepada keluarganya, dan sahabatnya sekalian.
Kedua, hikmah ke-49, bahwa tidak ada dosa sekecil apapun bila Allah menegakkan keadilannya dan tidak ada dosa sebesar apapun bila Allah menerapkan kasih sayang-Nya.
Ketiga, Atthaillah As-Sakandari dan Ibnu Ajibah menjelaskan hikmah ini untuk menyeimbangkan penjelasan dari hikmah-hikmah yang lalu.
Keempat, bahwa setiap manusia pasti berdosa kecil ataupun besar maka jangan berputus asa mengharapkan rahmat Allah.
Kelima, jangan berputus asa dan jangan sombong dengan amalannya karena ini akan berakibat kepada keridhaan Allah.
Keenam, keseimbangan antara ketakutan (khauf) kepada Allah dan raja’ (mengharapkan kasih sayang Allah) bahwa bila Allah menerapkan keadilannya maka seberat zarrah kesalahan akan diperhitungkan, demikian sebaliknya sebesar zarrah kebaikan akan diperhitungkan (Q.S. Az-Zalzalah ayat 7 dan 8).
Ketujuh, Allah adalah Maha Adil dan Maha Penyayang. Keadilan Allah tidak bisa berlaku jika manusia melakukan kesalahan sesama manusia dan Allah akan menerapkan Keadilan-Nya. (Sabda Rasulullah, jika kambing yang bertanduk menyeruduk kambing yang tidak bertanduk maka nanti dia harus mempertanggungjawabkan keadilannya).
Kedelapan, hikmah tauhid ini merupakan pemahaman terapan yang tidak sama dengan ilmu tauhid teori seperti memahami sifat Allah yang 20, dan Rububiyyah serta Uluhiyyah.
Kesembilan, takut kepada Allah yaitu selalu taat dengan mengerjakan apa yang disuruh dan menjauhkan apa yang dilarang, tentu juga kita selalu mengharapkan belas kasihan Allah. Karena tanpa belas kasihan Allah, amalan kita masih sangat ringan bila ditimbang oleh Allah untuk mendapatkan Rahmat-Nya.
Demikian, mohon maaf dan mudah-mudahan ada manfaatnya. (DA/SMH)