Back Groud MRB (atas)


 

Pengumuman

Jadwal Shalat

HIKMAH MEMPERINGATI MAULID BAGINDA NABI BESAR MUHAMMAD SAW

Kamis, 19 September 2024, September 19, 2024 WIB Last Updated 2024-10-04T12:25:22Z

Prof. Dr. Syabuddin Gade, M.Ag
(Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN ar-Raniry)


Hari ini, jum’at tanggal 16 Rabi’ul Awal 1446 H umat Islam di seluruh dunia baru saja memperingati kelahiran baginda Nabi Muhammad Saw. Khusus dalam adat masyarakat Aceh, peringatan maulid Nabi Muhamamd Saw. berlangsung dalam rentang waktu 3 bulan, mulai tanggal 12 Rabi’ul Awal, Rabi’ul Akhir hingga Jumadil Awal. Maulid Nabi Muhammad Saw. merupakan salah satu peristiwa penting bagi umat Islam di seluruh dunia. Sebab, kehadiran baginda Nabi Muhammad Saw. sebagai utusan Allah di muka bumi ini bukan hanya wajib diimani oleh umat Islam, tetapi wajib dicintai, diteladani dan diamalkan apa saja yang diperintahkan serta meniggalkan apa saja yang dilarang. Karena itu, melalui khutbah yang singkat ini, khatib mengajak diri sendiri dan jama’ah Jum’at sekalian untuk terus meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah sekaligus memperdalam keimanan dan kecintaan kepada baginda Nabi Muhamamd Saw.


Perayaan maulid Nabi Besar Muhammad Saw. merupakan adat yang baik, sebab di dalamnya mengandung banyak sekali kebaikan dan hikmah. Untuk lebih meyakinkan kita, khatib ingin menyampaikan sekilas pandangan para shahabat dan ulama menganai hikmah perayaan maulid Nabi Muhammad Saw. sebagaimana dinukil oleh Ibnu Hajar al-Haitami, An-Ni’matul Kubra..., h. 7-12), yaitu: 1) Abu Bakar as-Shiddiq Ra. Berkata; “barang siapa mengeluarkan infak satu dirham dalam rangka pembacaan maulid nabi Muhammad Saw. maka ia adalah sahabat dekatku di surga.” 2) Umar Ibn Khattab Ra. Berkata; “barang siapa mengagungkan maulid Nabi Muhammad Saw. maka ia sungguh telah menghidupkan Islam.” 3) Usman bin ’Affan Ra. Berkata; “barang siapa mengeluarkan infak satu dirham dalam rangka pembacaan maulid nabi Muhammad Saw. maka seakan-akan ia mati syahid di perang Badar dan Hunain. 4) Imam Ali bin Abi Thalib Ra. Berkata; “barang siapa mengagungkan maulid Nabi Muhammad Saw. dan hal itu menjadi sebab pembacaan maulid nabi maka ia tidak akan keluar dari dunia (meninggal) melainkan membawa iman serta akan masuk ke surga  tanpa hisab.


Selain itu, para ulama juga memberikan pandangan luhur atas hikmah perayaan maulid Nabi Muhammad Saw., antara lain; 1) Hasan al-Bashri Ra. berkata; ”sekiranya aku memiliki emas sebesar gunung Uhud, aku sudah menginfaqnya untuk pembacaan maulid Nabi Muhammad Saw.” 2) Junaid al-Baghdadi berkata; ”Barangsiapa menghadiri dan mengagungkan maulid Nabi Muhammad Saw. maka ia telah menang karena iman”; 3) Imam as-Syafi’i berkata; ”siapa saja yang berkumpul karena maulid Nabi Saw., bersama saudara lalu menyiapkan makanan, membersihkan tempat dan berbuat kebaikan hingga ia menjadi sebab dibaca maulid Nabi, maka pada hari kiamat kelak Allah akan membangkitkannya bersama para shiddiqin, syuhada dan shalihin dan ia akan ditempatkan Allah dalam syurga jannatun na’im”’ 4) Imam as-Suyuthi ---dalam kitabnya al-Wasail fi Syarh asy-Syamail—berkata; ”rumah, mesjid atau tempat yang di situ dibacakan maulid Nabi Saw, akan dikelilingi tempat itu oleh para malaikat dan diucapkan shalawat kepada penghuni tempat itu dan Allah akan menurunkan rahmat dan ridha-Nya (Ibid.); 5) Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani, mengatakan: ”sesungguhnya mengadakan Maulid Nabi Saw merupakan suatu tradisi dari tradisi-tradisi yang baik, yang mengandung banyak manfaat dan faidah yang kembali kepada manusia, sebab adanya karunia yang besar. Oleh karena itu dianjurkan dalam syara’ dengan serangkaian pelaksanaannya. (Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki, Mafahim Yajibu An-Tushahha, hal. 340); 6) As-Sayyid Abu ’Azaim mengatakan; ”sesungguhnya aku benar-benar menilai baik perayaan malam maulid yang dilakukan oleh kaum muslimin pada zaman ini untuk memperingati sosok (Nabi Muhammad Saw.) di mana Allah telah membahagiakan kita dengan beriman kepadanya” (As-Sayyid Muhammad Abu ’Azaim, Basyairul Akhbar fi Maulidil Mukhtar..., h. 59).


Pandangan para sahabat dan ulama tersebut tentu saja memperkukuh jiwa dan keyakinan umat Islam bahwa perayaan maulid Nabi Saw memiliki dasar yang kuat dan hikmah yang luar biasa. Bahkan, perayaan maulid Nabi Muhammad Saw. merupakan salah satu wujud ekspresi syukur hamba atas nikmat Allah Swt. sekaligus ekspresi cinta kepada baginda Nabi Muhammad Saw. yang berbasis al-Qur’an dan as-Sunnah. Imam as-Suyuthi berkata; ”dan nikmat mana lagi yang lebih besar selain daripada munculnya Nabi pembawa rahmat, maka semestinya ada rasa syukur pada Allah dengan bacaan (Qur'an), berbagi makanan, dan melantunkan syair-syair pujian kenabian yang bisa menggerakkan hati untuk senantiasa berbuat baik dan beramal untuk akhirat. (Al-Fatawi al-Kubra, jilid 1, h. 196). Pendapat Imam as-Suyuthi ini jelas memiliki dasar yang kuat berupa perintah umum dari Allah agar hamba-Nya senantiasa besyukur atas segala nikmat-Nya. Allah Swt. berfirman, yang artinya; “Jika kamu bersyukur pasti akan Kutambah (nikmat-Ku) untukmu, dan bila kamu kufur, maka sesungguhnya siksa-Ku amat pedih” (QS. Ibrahim: 7). 


Terkait kewajiban mencintai Nabi Saw. juga disebutkan dalam hadis, yang artinya; “Tidak sempurna iman salah seorang dari kalian sehingga menjadikan aku lebih ia cintai dari orang tuanya, anaknya dan seluruh manusia“. (H.R. Muslim). Sebagai wujud ekspresi cinta umat Islam kepada baginda Nabi Saw. adalah dengan menghidupkan sunnah sebagaimana sabdanya, yang artinya; ” barangsiapa menghidupkan sunahku, maka berarti ia mencintaiku dan barangsiapa yang mencintaiku, maka berarti ia bersamaku di jannah”.(H.R. Tirmizi). Nah, bukankah perayaan maulid Nabi Saw. itu sendiri di dalamnya berisi aktivitas-aktivitas menghidupkan sunnah Nabi Saw. seperti membaca al-Qur’an, membaca shalawat, ceramah agama, bersedeqah kepada anak yatim dan fakir miskin, memberi makanan kepada sesama muslim, menjalin silaturrahim, memperkukuh persatuan antar keluarga dan masyarakat antar kampung? Semua akitivitas ini, jika dilakukan dengan tulus ikhlas, akan mendatangkan pahala dari Allah Saw. Imam as-Suyuthi berkata; ”menurut saya asal perayaan maulid Nabi Saw., yaitu manusia berkumpul, membaca al-Qur'an dan kisah-kisah teladan Nabi Saw. sejak kelahirannya sampai perjalanan hidupnya. Kemudian dihidangkan makanan yang dinikmati bersama, setelah itu mereka pulang. Hanya itu yang dilakukan, tidak lebih. Semua itu tergolong bid'ah hasanah (sesuatu yang baik). Orang yang melakukannya diberi pahala karena mengagungkan derajat Nabi Saw. menampakkan suka cita dan kegembiraan atas kelahiran Nabi Muhammad Saw. yang mulia". (Al- Hawi Li al-Fatawa, juz I, h. 222). Bahkan, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, pada satu sisi mengakui bahwa; ” mengagungkan maulid dan menjadikannya sebagai kegiatan rutin, itu hal yang biasa dilakukan oleh sebagian masyarakat, karena dalam kegiatan tersebut terdapat pahala yang besar sebab bagusnya tujuan, dan juga sebagai pengagungan terhadap Baginda Nabi Muhammad Saw. (Syaikhul Islam, Ibnu Taimiyah, Iqtidha ash-Shirat al-Mustaqim..., h. 621-622). Karena itu, khatib mengajak jama’ah jum’at dan kaum muslimin untuk merayakan maulid Nabi Muhammad Saw. dengan berbagai amal shalih untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah dan kecintaan kepada baginda Nabi Muhammad Saw. Semua ini akan mendatangkan hikmah dan ganjaran yang besar dari Allah Swt. Selain itu, juga mengajak diri dan jama’ah sekalian agar menghindari hal-hal yang bertentangan dengan syari’at dalam perayaan maulid Nabi Muhamamd Saw. Jangan sampai terjadi; sibuk dengan potong daging lupa shalat subuh; sibuk masak atau bagi-bagi ”kuah beulangong” lupa shalat zuhur; sibuk bagi-bagi hidangan maulid lupa shalat ashar; sibuk bersih-bersih sampah atau sisa makanan maulid lupa shalat maghrib; sibuk mendengar ceramah pada malam dakwah tapi kemaksiatan dibiarkan terjadi.


Bagaimana dengan sikap para pihak yang menolak perayaan maulid Nabi Muhammad Saw. karena dianggap perbuatan bid’ah? Terhadap hal ini, khatib menawarkan suatu tips: 1) Hindari perdebatan yang menimbulkan perpecahan sesama muslim; 2) Terus belajar agama hingga memperoleh ilmu yang luas baik dari ulama klasik maupun kontemporer yang membolehkan perayaan maulid Nabi Muhammad Saw; 3) Ikuti fatwa dari Majlis Permusyawaratan Ulama Aceh, No. 09 Tahun 2014, yang menyatakan bahwa; ”Pemahaman yang menyatakan bahwa haram memperingati maulid Nabi Muhammad SAW adalah salah” atau fatwa dari berbagai lembaga fatwa dunia Islam (Sudan, Mesir, Uni Emirat Arab, Yordania, Kuwait, Palestina, Tunisia, Maroko, Syiria, Libanon, Aljazair, Kerajaan Oman, Bahrain, atau 4) Boleh juga mengikuti sikap Ibnu Hajar al-Haitami; ”Siapa yang ingin mengagungkan maulid Nabi Saw., maka penjelasan tersebut sudah cukup (yakfihi haza al-qadru) dan siapa yang tidak mau mengagungkan maulid Nabi Saw. ---meskipun seisi dunia mengagungkan Nabi Saw,--- hatinya tidak akan tergerak untuk mencintai Nabi Saw.(Ibnu Hajar al-Haitami, An-Ni’matul Kubra..., h. 11-12). Wa Allah A’lam.


Catatan:

Khutbah Jum’at, 20 September 2024 di Mesjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh.


 

Komentar

Tampilkan

  • HIKMAH MEMPERINGATI MAULID BAGINDA NABI BESAR MUHAMMAD SAW
  • 0


Jadwal Shalat

”jadwal-sholat”