Kolonel Purn. Dr Ahmad Husein, MA |
Assalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh
Puji serta syukur mari kita persembahkan hanya kepada Allah SWT dan dengan lafaz “Alhamdulillah” semoga nikmat serta rahmat Allah selalu bersama kita. Selanjutnya mari pula kita sampaikan salam dalam bentuk shalawat kepada Baginda Rasulullah, Nabi besar Muhammad SAW. Khatib, mengajak seluruh jama’ah, untuk bersama-sama berupaya meningkatkan kualitas iman dan taqwa kepada Allah SWT, semoga khutbah Jum’at yang bertema: “Keamanan Negara Menurut Undang-Undang dan Ajaran Islam”, menjadi inspirasi baru dalam memahami kehidupan modern saat ini.
Hadirin Jama’ah Jum’at Rahimakumullah
Menyikapi kemajuan yang diperoleh manusia hampir di semua sektor kehidupan, semakin meyakinkan kita bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang terbaik (ahsani taqwiim). Di bidang teknologi komunikasi misalnya, membuat kehidupan manusia semakin mudah dan beraktivitas cepat. Namun, penciptaan manusia sebagai makhluk terbaik, bukan jaminan untuk kebaikan manusia secara total, sebab pemanfaatan kemajuan yang diperoleh tidak serta merta bermanfaat positif bagi manusia, melainkan terdapat manusia yang memanfaatkan kemajuan ini dengan tindakan bernilai dosa jariah dan maksiat lainnya, seperti tindakan pembohongan, penyebaran fitnah dan berita hoak, bahkan korupsi, judi on-line dan peredaran narkoba telah menambah kekhawatiran akan datangnya bencana besar, tumbuh dan berkembangnya persaingan tidak sehat antar manusia, baik pribadi keluarga, komunitas, kelompok masyarakat bahkan keamanan bangsa dan negara.
Salah satu dampak yang dikhawatirkan adalah bergesernya pola hidup manusia yang ditata dengan akhlak dan budipekerti serta budaya yang didasarkan pada pemahaman ajaran agama, akan berbalik menjadi kehidupan yang bebas dari aturan dan pada akhirnya melemahkan sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Saat ini, kecemburuan, kesombongan, keangkuhan dan perasaan lebih baik, licik dan picik, semakin jauh dari kepedulian terhadap sesama, bahkan anak tega membunuh orangtuanya dan orangtua tega membunuh anaknya, kelompok begal, pengedar narkoba dan kriminalitas lainnya seakan tak terbendung dengan berbagai modus kejahatan lainnya, terus menerus mewarnai kehidupan umat manusia milenial. Tak jarang, prilaku manusia seperti itu, dihembuskan melalui berbagai media dan kesempatan, baik pribadi, keluarga, kelompok, komunitas, suku, etnis hingga antar bangsa. Hal ini akan menggerus rasa nasionalisme, persatuan dan kekompakan masyarakat kita.
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Kita punya pengalaman sejarah, yang menggambarkan lemahnya rasa kebersamaan masyarakat nusantara. Disaat egosentrisme mewarnai kehidupan masyarakat nusantara, ukhuwah wathoniyah belum menyatu, masyarakat masih sibuk dengan komunitasnya sendiri, Belanda datang dengan semboyan perdagangan namun ia melakukan penjajahan dan mengeruk kekayaan nusantara untuk kepentingannya sendiri, sementara rakyat yang punya hak atas tanah tumpah darahnya, tak bisa berbuat banyak. Perlahan tapi pasti, ajaran Islam menyadarkan rakyat nusantara untuk bergerak dan membangun kesadaran ukhuwah yang akhirnya memacu perjuangan rakyat seantero nusantara untuk merebut, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan Republik Indonesia.
Dalam catatan sejarahnya, Umat Islam Indonesia sangat yakin bahwa semangat kebersamaan, persatuan dan tekad merdeka akan mengantarkan rakyat ke dalam kemerdekaan Indonesia, dan diakui sebagai sebuah anugerah dan rahmat dari Allah SWT. Para Ulama yang menjadi pejuang bangsa ini sadar betul bahwa Allah SWT memerintahkan kita untuk membangun kehidupan dalam sebuah komunitas yang disebut dengan bangsa. Oleh karenanya, kewajiban warga negara dalam urusan pertahanan dan keamanan negara menjadi kewajiban dan tanggungjawab kita semua, kita sebagai warga negara.
Pentingnya persoalan keamanan negara, menjadi prioritas dalam menentukan nasib suatu bangsa. Oleh karena itu, para pendahulu kita, telah memasukkan hal ini dalam pasal 30 ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi “tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Dan dijelaskan secara rinci dalam berbagai peraturan perundang-undangan, diantaranya UU no 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.
Secara formil, negara telah menetapkan kewajiban ini bagi setiap warga negaranya. Tentu hal ini tidak lahir begitu saja, tanpa didorong oleh keyakinan agama yang kuat. Karena Islam adalah agama yang mengatur tata kehidupan manusia dalam semua aspeknya termasuk dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Inilah barangkali yang dimaksudkan oleh Allah dalam firman-Nya:
يا أيها الناس إنا خلقناكم من ذكر وأنثى وجعلناكم شعوبا وقبائل لتعارفوا
إن أكرمكم عند الله أتقاكم إن الله عليم خبير
Wahai manusia ! sungguh Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling kenal mengenal. Sungguh yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, lagi Maha Teliti. (Q.S.49: al-Hujrat : 13)
Dari ayat ini kita dapat pahami bahwa manusia diciptakan Allah diwarnai keanekaragaman warna kehidupan, mulai dari perbedaan jenis kelamin, perbedaan warna kulit, perbedaan suku dan bangsa, namun perbedaan-perbedaan ini menggambarkan bahwa manusia tidak bisa hidup sendiri. Manusia butuh manusia lain (zoonpoliticon), ia tidak bisa hidup tanpa manusia lain. Karena itu manusia diikat kehidupannya dengan ikatan kekeluargaan yang kemudian hidup dalam komunitas dan kesukuan hingga hidup berbangsa-bangsa, seperti kita di Indonesia, dengan ratusan suku bangsa diikat dalam satu tatanan kebangsaan yang disebut “Indonesia”.
Ayat ini juga menggambarkan bahwa perbedaan yang dihadapi oleh manusia bukan untuk dijadikan alasan untuk saling merendahkan atau saling melecehkan, perbedaan adalah “Li Ta’arafu” agar saling kenal mengenal antar sesama, agar bijaksana dan arif dalam menata kehidupan, saling menghormati dan saling peduli sehingga tercipta jalinan kasih sayang dalam tali ukhuwah, apakah ukhuwah insaniyah, ukhuwah wathoniyah maupun ukhuwah Islamiyah, yang pada gilirannya akan tercipta suasana harmonis dalam kehidupan masyarakat.
Jama’ah Jum’at Rahimakumullah
Merujuk pada perjalanan sejarah kehidupan manusia, maka konflik kepentingan menjadi sebuah fenomena riil dalam kehidupan manusia, mulai dari konflik Kabil dan Habil putra Adam dan Hawa, hingga saat ini, konflik antar manusia terus terjadi, baik dilatar belakangi kepentingan kekuasaan, perebutan sumber daya alam, persaingan ekonomi, kecemburuan sosial, penyalah gunaan kemajuan teknologi, tampilan beraneka ragam kegiatan maksiat, pelanggaran yang didasari nafsu belaka, pengaruh historis maupun budaya hingga perkembangan geopolitik di berbagai kawasan. Seakan mereka jauh atau tidak mengerti makna “Lita’arafu” dalam ayat tadi. Maka pembunuhan demi pembunuhan terjadi di berbagai pelosok dunia, baik skala besar maupun skala kecil.
Maha benar Allah dengan segala firman-firman-Nya. Allah ciptakan manusia hidup dalam ikatan bangsa-bangsa dan bersuku-suku. Allah berikan petunjuk, contoh dan gambaran bagaimana membangun keamanan dan ketahanan suatu komunitas masyarakat, salah satu contoh yang diberikan Allah dalam al-Qur’an adalah tentang kehidupan suku Quraisy, sebagaimana dijelaskan dalam ayat:
لإيلاف قريش إيلافهم رحلة الشتاء والصيف فليعبدوا رب هذا البيت الذي أطعمهم من جوع وآمنهم من خوف
Artinya: “Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas. Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Kakbah). Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan. (Q.S.Quraisy;106;1-4).
Ma’asyiral Muslimina Rahimakumullah
Ayat pertama dan kedua menggambarkan betapa orang-orang dari suku Quraisy adalah orang-orang yang memiliki semangat hidup yang kuat , tekad yang bulat hingga semangat juang yang tinggi, mereka adalah warga yang tidak mengenal menyerah terhadap kondisi cuaca, baik itu dingin maupun panas. Mereka terus berusaha dan berkarya, melintasi padang pasir yang luas, dalam ketidak pastian cuaca, berdagang mengembangkan sumber dan potensi ekonomi masyarakatnya untuk meraih kesejahteraan dalam membangun kehidupan yang dapat dinikmati seluruh warga sukunya.
Tiga Kunci sukses suku Quraisy yang dijelaskan dalam ayat ini, barangkali bisa membuka mata kita untuk mengambil pelajaran guna kita terapkan dalam kehidupan pribadi, komunitas suku, masyarakat dan bangsa.
Pertama; “Fal Ya’budu Rabba haza al-Bait” (Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Kakbah)). Maksudnya; kesadaran akan pentingnya makna ketuhanan bagi suku Quraisy adalah pondasi yang menjadikan mereka suku yang kuat dan kokoh, bukan suatu rahasia lagi, bahwa keimanan atau aqidah diyakini dapat membentuk manusia sempurna yang kokoh dalam pendirian dan kuat dalam mempertahankan kebenaran. Bila setiap individu baik dalam ikatan keluarga, komunitas, suku bahkan bangsa sekalipun, jika semua memiliki iman dan aqidah yang kuat, maka tindak kejahatan yang merugikan orang lain, merugikan suku dan bangsanya tidak akan terjadi. Keyakinan aqidah dan pemahaman agama yang kuat akan mampu mencegah manusia dari tindakan korupsi misalnya, menipu, membohongi, curang, pamer hawa nafsu, atau pelanggaran kode etik dan tata krama kehidupan di tengah masyarakat.
Shalat misalnya, yang merupakan tiang agama, menjadi tolok ukur keberimanan dan kesalehan seseorang. Orang yang melaksanakan Shalat dengan benar, tidak mudah terbawa kedalam tarikan hawa nafsu yang menimbulkan dosa dan maksiat. Hal ini sesuai dengan ayat:
اتل ما أوحي إليك من الكتاب وأقم الصلاة إن الصلاة تنهى عن الفحشاء والمنكر ولذكر الله أكبر والله يعلم ما تصنعون
Artinya: “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur'an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S.Al-Hujurat(29):45)
Walhasil, ketaatan dan konsistensi dalam menjalankan semua aturan dan ketentuan agama Allah, akan menghindarkan manusia dari terjadinya berbagai tindakan dosa, segala bentuk maksiat dan keonaran. Selanjutnya, dengan menjalankan agama Allah, akan menjadikan umat manusia hidup damai, tentram dan saling menghormati sehingga tidak terjadi gesekan yang mengancam kehidupan suatu komunitas, masyarakat dan bangsa.
Hadirin jama’ah Jum’at yang mulia..
Kedua: “Allazi ath’amahum min ju’in” (Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar). Ayat ini setidaknya memberi informasi betapa suku Quraisy mempunyai komitmen kuat untuk membangun tatanan kehidupan yang layak bagi masyarakatnya. Mereka bahu membahu membangun ketahanan ekonomi, kesejahteraan hidup dan tolong menolong agar masyarakatnya dapat menikmati kehidupan yang layak. Mereka berjibaku melawan tantangan alam baik di musim panas maupun di musim dingin, semua mereka hadapi demi kehidupan yang sejahtera bagi warga masyarakatnya.
Semangat yang tertanam dalam jiwa batin masyarakat Quraisy adalah bahwa kesejahteraan, rezeki yang melimpah dan kehidupan yang layak, mereka yakini sebagai anugrah dan pemberian dari Tuhan yang Maha Pengasih. Padang pasir yang tandus dan kering tidak menghalangi niat mereka untuk mengembangkan potensi ekonomi, perdagangan, dan potensi lainnya demi mensejahterakan masyarakatnya. Tanah yang kering, udara yang panas dan berganti dengan musim dingin, mereka yakini sebagai ujian dan cobaan Allah agar mereka tetap solid dalam tekad mereka membangun kehidupan Quraisy. Prinsip-prinsip seperti ini semakin mengokohkan daya tahan masyarakat Quraisy dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan di alam nyata, sehingga mereka termasuk kelompok masyarakat yang terhindar dari bahaya kelaparan.
Ketiga: “wa Amanahum min khouf” (dan mengamankan mereka dari ketakutan).
Jama’ah Jum’at Rahimakumullah
Tingkat kekhawatiran yang tinggi akan melahirkan rasa takut yang dapat berakibat pada lemahnya daya tahan dan kemampuan bertahan suatu masyarakat atau bangsa. Untuk menghadapi hal tersebut, diperlukan strategi konkrit yang dapat menjadikan potensi ketahanan tetap kokoh dan kuat sekalipun menghadapi tantangan berat.
Belajar dari kehidupan suku Quraisy, mereka mempunyai daya tahan dan tingkat keamanan masyarakatnya yang tetap terjaga kondusif. Ternyata rahasianya adalah selain mereka berjuang secara riil dan sungguh-sungguh untuk menjamin keamanan masyarakatnya, mereka punya keyakinan bahwa ada sosok yang menjadi referensi terciptanya kondisi keamanan yang dirasakan masyarakatnya yakni sosok Tuhan, Allah Yang Maha Menjaga dan Maha Bijaksana. Sungguh Allah-lah yang menjadi sumber segala sesuatu di alam semesta ini.
Hadirin Jama’ah Jum’at Rahimakumullah
Mengakhiri khutbah ini, khatib mengajak kepada seluruh jamaah untuk Bersama-sama mengkaji dan menggali hidayah Allah dalam al-Qur’an yang telah diturunkan sebagai petunjuk dan pelajaran “Hudan lilnnasi wa bayyinatin minal huda wal fuqan”, salah satunya adalah belajar dari kemampuan Quraisy dalam menciptakan keamanan masyarakat dan bangsanya, dengan tiga penyangga hidup dan kehidupan masyarakatnya, yakni:
Pertama; komitmen Quraisy pada ke-Tuhan-an yang sangat kuat, karena mereka punya keyakinan agama yang kuat, yang dilambangkan dengan pengakuan mereka terhadap Tuhan Pemilik Ka’bah. Atau setidaknya mereka adalah suku yang konsisten dalam menuhankan pemilik Ka’bah. Artinya mereka adalah kelompok masyarakat yang mampu menanamkan keyakinan beragama secara kuat dan kokoh bagi masyarakatnya.
Hal ini perlu menjadi pemikiran bagi kita agar penanaman keyakinan beragama menjadi prioritas utama bagi pembentukan individu masyarakat, keluarga, suku hingga kehidupan berbangsa dan bernegara. Tidak cukup secara simbolik belaka saja, sekedar bisa shalat, bisa mengaji dan bisa puasa, tetapi nilai-nilai agama tumbuh scara mendalam di dalam diri setiap individu dalam keluarga, masyarakat dan bangsa. Terlebih bila kita melihat tampilan akhlaknya generasi ke generasi selanjutnya kian hari semakin menurun. Angka pelanggaran hukum, dosa dan maksiat semakin menjadi-jadi. Hal ini akan memicu merosotnya tingkat keamanan yang dapat mengganggu stabilitas kehidupan masyarakat.
Kedua; Allah adalah Sang Pencipta langit dan bumi beserta isinya. Bagaimana mengelola alam sekitar kita baik itu yang turun dari langit seperti air hujan, maupun kekayaan alam yang terdapat dipermukaan bumi seperti tumbuhan, hewan dan kekayaan alam lainnya serta kekayaan alam yang tersimpan di laut dan di dalam bumi, hendaklah dikelola sesuai dengan ketentuan Allah.
هو الذي خلق لكم ما في الأرض جميعا ثم استوى إلى السماء فسواهن سبع سماوات وهو بكل شيء عليم
Artinya: “Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Q.S.Al-Baqarah(2):29).
Ketiga; jika pemahaman agama sudah mengakar dengan benar, kokoh dan kuat disertai dengan ilmu agama yang benar, maka akan lahir pribadi-pribadi yang tangguh lahir batin. Di tengah masyarakat yang kuat pemahaman agamanya akan bergulir rotasi kehidupan yang berpegang teguh pada aturan-aturan agama Allah. Bila itu yang terjadi maka pengelolaan sumberdaya yang ada dapat dipastikan akan jauh dari terobosan maksiat seperti pungli, korupsi, menguntungkan diri sendiri atau kelompoknya, melainkan mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan pemerataan, sehingga terbagun masyarakat yang kuat secara fisik, finansial, ideologi, budaya dan tatanan kehidupan yang agamis.
Hasilnya adalah terjaminnya keamanan dan kekuatan pertahanan suatu bangsa dan akan menjadi bangsa yang disebut dalam al-Qur’an sebagai “Baldatun thayyibatun wa Rabbun Ghafur” (negeri yang baik dalam ampunan Allah). Inilah pengalaman Quraisy dalam menjaga Makkah tempat dibangunnya Ka’bah menjadi tempat yang aman dan nyaman untuk beribadah kepada Allah SWT.
Hadirin jama’ah Jum’at rahimakumullah.
Apakah kita mampu menerapkan ketangguhan mental dan semangat Quraisy ini ? mampukah kita menerapkan ajaran Islam dalam tatanan kehidupan kita, sangat tergantung kepada kita semua. Mari kita mulai dari individu, keluarga (rumah tangga), komunitas, etnis suku hingga bangsa. (Qu anfusakum wa ahlikum naran) In syaa Allah upaya kita masing-masing akan tercatat sebagai ibadah kita kepada Allah dan negara kita menjadi negara bermartabat dan terjamin ketahan dan keamanannya di bawah pelindungan Allah SWT.
Demikianlah khutbah kita pada kesempatan hari ini, semoga kita dapat memetik hikmah menuju puncak ketaqwaan kepada Allah swt. Aamiin YRA.