Prof. Dr. Khairuddin, M.Ag Wakil Rektor II UIN Ar-Raniry Banda Aceh |
Khutbah Jum’at, 13 Desember 2024
Tema yang kita bicarakan yaitu Kita Bersatu Atas Nama Islam. Masalah ini menjadi landasan bagi kita sebagai umat yang hidup rukun dalam bingkai keberagaman untuk terus menjaga persatuan dan kesatuan. Agama, bangsa dan negara menjadi sebagai perekat bukan peretak persatuan kita, apalagi sesama muslim. Allah SWT berfirman dalam surah al-Hujurat ayat 10, yang artinya: “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat”.
Menurut Imam al-Qurtuby, ayat ini menunjukkan bahwasannya tonggak persaudaraan kaum muslimin adalah di atas keimanan kepada Allah SWT. Persaudaraan kaum mukminin tidak dibatasi oleh wilayah ataupun negara. Akan tetapi persaudaraan di atas iman dan Islam, di atas keimanan kita kepada Allah Jalla wa ‘Ala. Karena kita semua hamba Allah, yang diciptakan oleh Allah SWT tanpa ada keistimewaan bangsa tertentu, tidak pula dengan warna kulit, tidak dengan keturunan, akan tetapi yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa. Allah SWT berfirman dalam surah al-Hujurat ayat 13: “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti”.
Allah SWT menciptakan kita dalam keberagaman yang indah. Berbagai suku, bangsa, warna kulit, menyatu dalam satu kesatuan ciptaan-Nya. Atas keberagaman itu, kita diberi tanggung jawab untuk menghormati keberagaman dan perbedaan tersebut. Sebagai umat beragama, sikap saling menghormati dan menerima perbedaan adalah pondasi bagi persatuan dan kesatuan. Kita diberi tugas untuk menjaga keharmonisan antar umat beriman, sehingga tidak ada ruang bagi konflik yang dapat merusak persatuan kita.
Begitu pentingnya nilai-nilai keberagamaan yang mengedepankan persatuan ini, Allah SWT dalam Alquran memberikan petunjuk dan perintah agar kita senantiasa menjaga persatuan. Firman-Nya dalam surat Ali Imran ayat 103: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai. Ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dulu bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, maka menjadilah kamu karena nikmat Allah itu bersaudara; dan ketika kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu mendapat petunjuk.”
Melalui ayat ini, Allah menekankan betapa pentingnya kita untuk bersatu dan menjaga persatuan. Perspektif keberagamaan yang benar akan membimbing kita untuk mengutamakan persatuan dan kesatuan di atas kepentingan pribadi. Penting bagi kita untuk memahami bahwa sikap keberagamaan yang sejati bukanlah hanya sekedar ibadah ritual semata, tetapi juga mencakup perilaku dan sikap terhadap sesama. Kita perlu meresapi nilai-nilai ajaran agama kita untuk menciptakan lingkungan yang damai, penuh kasih sayang, dan menghindari konflik yang dapat merugikan persatuan.
Di antara perkara yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk kita jaga persaudaraan adalah kita berusaha untuk tidak saling berbuat dzalim sesama kita. Kita juga tidak boleh membiarkan seorang muslim pun didzalimi oleh orang lain. Rasulullah SAW bersabda: “Muslim itu bersaudara dengan muslim lainnya, tidak boleh ia mendzaliminya dan tidak boleh ia membiarkannya.” (HR. Muslim)
Ketika kita melihat seorang muslim yang berkebutuhan, tidak boleh muslim yang berkecukupan diam tidak membantunya. Maka kewajiban muslim yang berkecukupan untuk membantu muslim yang berkebutuhan tersebut. Tidak boleh seorang muslim cuek tidak peduli dengan lingkungannya. Sehingga kemudian orang kaya tambah kaya, si miskin pun tambah miskin. Ini bukanlah perkara yang dianjurkan, bahkan dilarang oleh Islam. Kewajiban seorang kaya berusaha untuk membantu saudara muslim lainnya yang mereka berkebutuhan untuk memberikan sebagian rezeki yang Allah berikan kepadanya.
Di antara hak seorang muslim atas muslim yang lainnya adalah kita merasakan ibarah satu tubuh, yang apabila sakit pada bagian suatu tubuh, maka semua tubuh merasakan sakit. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Perumpamaan kaum Mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga.”
Dalam hadis yang lain Rasulullah SAW bersabda: “Perumpamaan seorang mukmin dengan mukmin yang lain itu seperti bangunan yang menguatkan satu sama lain.”
Rasulullah juga memberikan gambaran tentang keeratan hubungan sesama muslim, saling mengasihi dan menyayangi antara sesama orang beriman itu seperti saling mencintai dan menyayangi terhadap dirinya sendiri. Rasulullah saw bersabda: “Tidaklah sempurna iman seseorang di antara kalian sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri”.
Dalam dunia yang penuh dengan perbedaan, sikap ini memegang peranan penting dalam mencegah konflik yang dapat merusak persatuan. Menjaga persatuan bukanlah pekerjaan yang mudah, tetapi dengan iman dan taqwa sebagai landasan, kita dapat menghadapinya dengan bijaksana. Hari ini kita melihat solidaritas kaum Muslimin itu lagi diuji oleh Allah SWT dengan penjajahan Zionis Israel di Palestina. Solidaritas itu juga diuji dengan dikuasainya Masjidil Aqsha (Al-Quds) oleh Zionis Israel sejak tahun 1948. Komitmen mendukung pembebasan Al-Quds dari cengkeraman penjajahan Israel itu dilakukan oleh para Perlawanan Palestina seperti Hamas (Palestina), Jihad Islam (Palestina), serta Faksi-Faksi Pejuang Palestina lainnya. Kemudian kelompok-kelompok perlawanan lain di berbagai negara yang mempunyai tekad bersama untuk membebaskan Masjidil Aqsha dan bumi Palestina dari penjajahan Zionis Israel, yaitu: Hizbullah (Lebanon), Al-Hautsi (Yaman), Tentara Arab Suriah (Suriah), dan Negara Republik Islam Iran. Sayangnya kaum muslimin lainnya baik yang ada di tanah Arab maupun di tempat-tempat lainnya hanya menjadi penonton yang menyaksikan kehancuran dan penderitaan kaum Muslimin Palestina, tanpa ada reaksi yang konkrik dan signifikan untuk melawan pejajahan Zionis Israel tersebut.
Kita berdo’a kepada Allah SWT untuk membuka mata hati seluruh kaum Muslimin di seluruh dunia agar sadar bahwa yang tertindas itu adalah saudara-saudara kita seiman, sehingga tergerak untuk ikut beperan aktif membantu saudara-saudara kita di Palestina. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan petunjuk-Nya kepada kita semua. Aamiin.