Dr. Tgk. H. Abizal Muhammad Yati, Lc, MA (Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry) |
Kehidupan kita dunia ini adalah kehidupan yang sifatnya sementara waktu, nabi Muhammad Saw bersabda: Batasan umur umatku itu berkisar antara 60-70 tahun hanya sedikit yang melampaui di atas itu (HR. Hakim). Perlu kita ketahui bahwa kehidupan yang kita lalui hari demi hari menjadikan umur kita semakin berkurang, Hasan Al-basry menyebutkan: wahai anak adam kamu adalah kumpulan-kumpulan hari, apabila telah berlalu satu hari maka berkuranglah jatah hidupmu di atas permukaan bumi ini. Bila sudah berganti hari maka berkurang jatah hidup kita satu hari, bila sudah melewati satu minggu maka berkurang jatah hidup kita satu minggu, jika sudah melewati satu bulan maka berkurang jatah hidup satu bulan, jika sudah berganti tahun maka berkuranglah hidup 1 tahun dan seterusnya.
Waktu yang singkat ini tentu kita harus bisa memanfaatkan semaksimal mungkin untuk membuat perencanaan yang matang untuk kehidupan yang lebih abadi di hari kemudian kelak. Allah Swt menyuruh kita untuk merenungkan apa saja yang kita telah persiapkan untuk kehidupan mendatang, sebagaimana Allah Swt berfirman: Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah ia siapkan untuk hari esoknya, dan bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha mengetahui terhadap apa saja yang kalian lakukan (Q.S Al-Hasyr:18) Ibnu Katsir dalam Tafsirnya menyebutkan makna ayat ini setiap diri hendaklah membuat hisab (perhitungan) terhadap dirinya sendiri sebelum nanti ia dihisab, hendaklah ia merenungkan apa saja yang telah ia simpan dari amal-amal shaleh untuk hari kembalinya dan pada hari ia memamparkan seluruh amalnya kepada Allah Swt.
ayat ini menjadi renungan buat kita kita agar kita jangan lalai dari kehidupan dunia ini lalu kita lupa merenungkan apa saja bekal-bekal yang telah kita siapkan untuk kematian kita, bekal-bekal yang telah kita siapkan untuk alam kubur kita, bekal-bekal yang telah kita siapkan untuk hari kebangkitan kita, bekal-bekal pada waktu kita dihisab, bekal-bekal untuk dapat masuk dalam syurga yang abadi dan terhindar dari api neraka.
Perlu kita renungkan bahwa setiap kita telah ditetapkan kematian oleh Allah, waktu dan tempatnya dirahasiakan oleh Allah, yang menjadi teman setia yang abadi yang menemani kita adalah amal shaleh, sebagaimana hadist dari Anas Bin Malik bahwa Nabi Muhammad Saw bersabda: Ada tiga yang mengiringinya mayat yaitu hartanya, keluarganya dan dan amal shalehnya, pulang dua yaitu harta dan keluarganya dan tinggal bersamanya amal shalehnya (HR. Bukhari). Hadist ini menunjukkan kepada kita bahwa harta dan keluarga tidaklah setia selamanya bersama kita, yang setia adalah amal shaleh atau kebaikan yang telah kita laksanakan di dunia seperti shalat lima waktu berjamaah di masjid, membaca Al-Qur’an, infak/sedekah/wakaf, puasa Ramadhan dan puasa sunnah, berbakti kepada kedua orangtua dan mal-amal shaleh lainnya. Jika seandainya amal ini ada maka kita menjadi orang yang bahagia di alam kubur, namun jika seadainya kita masuk kubur tanpa amal shaleh maka kita akan menjadi orang yang paling sengsara dan merasakan azab Allah dalam waktu yang sangat lama.
Mengingat kematian merupakan rahasia Allah maka kita selaku umat Islam harus memiliki perencanaan yang matang untuk kehidupan kita mendatang, perencanaan ini harus kita sesuiakan dengan pertanyaan yang Allah akan ajukan pada kita pada hari kiamat kelak sesuai dengan hadist Nabi Muhammad Saw: Tidaklah bergerak kedua kaki anak Adam nanti di hari kiamat sehingga dia ditanya 4 hal yaitu tentang umurnya, kemana dihabiskan, tentang ilmunya apakah yang telah dilakukan dengan ilmunya, tentang hartanya dari mana diperoleh dan kemana dibelanjakan dan tentang tubuh badannya untuk apa digunakannya (HR. Tirmizi). Hadist ini memberikan pemahaman kepada kita agar hidup kelak bahagia di akhirat dan tidak banyak mendapat hambatan maka 4 hal ini harus benar-benar kita buat perencanaan dengan matang
Pertama: Umur akan ditanyakan oleh Allah dari semenjak usia baligh hingga wafat, kemana saja umur ini kita pergunakan. Umur diberikan Allah sangat terbatas kepada kita, setiap hari semakin berkurang. Abdullah Bin Mas’ud Seorang sahabat nabi yang sangat luar bisa dalam merenungkan umurnya ia berkata: Tidak ada yang paling aku sesalkan kecuali pada hari itu mata hari tenggelam, berkurang umurku dan tidak bertambah amal kebaikanku.
Agar umur kita menjadi umur yang berkualitas kita harus membuat perencanaan dengan matang dengan menghabiskan umur untuk berbuat taat kepada Allah seperti shalat, puasa, haji/umrah, membaca Al-Qur’an, menuntut ilmu dan lainnya. Nabi menyebutkan sebaik-baik manusia adalah yang diberikan Allah umur yang Panjang dan baik pula amalnya, dan seburuk-buruk mansia adalah yang diberikan umur Panjang namun amalnya buruk (HR. Tirmizi).
Kedua: Allah akan tanyakan tentang ilmu yang yang diperoleh seseorang, apakah ia mengamalkannya. Para Sahabat dan salafus saleh terdahulu apabila mereka mengetahui beberapa ayat Al-Qur’an maka kemudian mereka langsung mengamalkannya. Menjadi persoalan besar bila kita banyak ilmu namun minim amal, seharusnya setiap yang kita ketahui dari kebaikan maka kemudian kita mengamalkannya. Menjadi ancaman besar di hari kiamat bagi yang memiliki ilmu tapi tidak mengamalkan sebagaimana nabi Muhamad Saw bersabda: Ada seseorang yang didatangkan pada hari kiamat lantas ia dilemparkan dalam neraka. Usus-ususnya pun terburai di dalam neraka. Lalu dia berputar-putar seperti keledai memutari penggilingannya. Lantas penghuni neraka berkumpul di sekitarnya lalu mereka bertanya, “Wahai fulan, ada apa denganmu? Bukankah kamu dahulu yang memerintahkan kami kepada yang kebaikan dan yang melarang kami dari kemungkaran?” Dia menjawab, “Memang betul, aku dulu memerintahkan kalian kepada kebaikan tetapi aku sendiri tidak mengerjakannya. Dan aku dulu melarang kalian dari kemungkaran tapi aku sendiri yang mengerjakannya (HR. Bukhari dan Muslim). Agar ilmu bermanfaat dan menjadi penolong di hari kiamat maka amalkan ilmu yang telah diketahui sekecil apapun itu.
Ketiga: seseorang akan ditanya tentang hartanya, pertanyaan tentang harta berbeda dengan pertanyaan lainnya mengingat tanggungjawab harta sangat berat, dua pertanyaan tentang harta dari mana harta tersebut diperoleh dan kemana pula disalurkan. Allah memerintahkan kita untuk memakan makanan halal lagi baik (Lihat Q.S Al-Baqarah: 168). Dalam masalah harta kita harus selektif dari segi sumbernya agar tidak dari sumber yang haram apakah itu hasil penipuan, korupsi, judi, mencuri, merapok, merampas, riba dan lainnya. Maka dari itu jadikanlah setiap pendapatan kita adalah rezeki yang halal yang bersumber dari jerih payah dan keringat supaya kehidupan akhirat kelak menjadi bahagia, jika harta bersumber yang yang haram walaupun 1 rupiah maka kita akan tergolong jadi orang yang muflis (bangkrut) yang akan memberikan pahala kebaikan kepada orang lain dan bakal menerima dosa orang lain kelak di hari kiamat. Kemudian persoalan tentang harta juga ditanya kemana harta itu digunakan, terkadang harta yang halal yang diperoleh namun digunakan untuk berbuat maksiat apakah itu berjudi, berzina dan lainnya. Tentu hal ini juga menjadi persoalan bagi kita di hari kiamat. Sebaiknya harta halal yang kita perolah kita gunakan untuk memberikan nafkah kepada keluarga dan menyedehkannya di jalan Allah Swt sehingga harta kekal abadi hingga hari kiamat dengan pahala melimpah disisi Allah. Allah berfirman: Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui (QS. Al-Baqarah: 261) maka programkan sedekah setiap hari untuk siapa saja yang membutuhkan dari fakir miskin dan anak yatim.
Keempat: Allah akan menanyakan tentang badan untuk apa digunakan. Fisik yang Allah berikan kepada kita seperti mata, telinga, mulut, tangan, kaki dan lainnya akan diminta pertangungjawabannya oleh Allah. Agar anggota tubuh tersebut menjadi amal shaleh buat kita kelak maka gunakan untuk jalan kebaikan. Seperti kedua kaki yang senantiasa dilangkahkan ke masjid untuk shalat jamaah, Abu Hurairah berkata bahwa nabi Muhammad bersabda kaki yang berjalan menuju masjid untuk shalat maka salah satu kaki tersebut dapat mengangkat derjat dan yang satu lagi sebagai pengampun dosa (HR. Muslim). Begitu pula dengan mulut digunakan untuk senantiasa berzikir dan membaca Al-Qur’an, telinga mendengarkan kalimat-kalimat yang baik dan nasehat, mata melihat Al-Qur’an dan melihat keindahan ciptaan Allah, tangan digunakan untuk menolong dan meringankan beban orang lain. Namun jika sebaliknya anggota tubuh tersebut digunakan untuk jalan keburukan atau maksiat maka anggota tubuh akan merasakan azab yang pedih di hari kiamat kelak. Inilah empat hal dalam syariat Islam yang harus kita rencanakan dengan baik mulai dari umur, ilmu, harta dan juga anggota tubuh sehingga kita menggapai kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat.