
![]() |
DR.Tgk. H. Syahminan, M. Ag |
Khutbah : Hari Minggu tanggal 26 Januari 2025
Tema : Isra’ Mi’raj sebagai Inspirasi Sain dan Teknologi Dalam Peradaban Islam
Tempat : Mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
الحمد لله رب العالمين,والصلاة والسلام على أشرف المرسلين وخاتم النبيين ورحمة الله للعالمين سيدنا محمدوعلى آله وأصحابه أجمعين, وقال تعالى في كتابه العزيز اعوذ بالله من الشيطان الرجيم بسم الله الرحمن الرحيم سُبْحَٰنَ ٱلَّذِىٓ أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِۦ لَيْلًا مِّنَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ إِلَى ٱلْمَسْجِدِ ٱلْأَقْصَا ٱلَّذِى بَٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنْ ءَايَٰتِنَآ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ وبعد:
Kaum Muslimin Jamaah Magrib yang dirahmati Allah SWT
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kita hidayah kepada kita sehingga kita dapat berhadir di Allah untuk hadir di rumah Allah yang kita banggakan ini untuk melaksanakan Peringatan Isra’ dan mi’raj Nabi besar Muhammad Shallalahu alaihi wasallam sebagai salah satu mukjizat terbesar yang diabadikan Allah dalam Alqur’an dan setiap tahun kita peringati untuk meningkatkann keimanan kita kepada Allah dan menjadi Ibrah bagi mukminin dalam dalam melaksanakan fungsi khalifah di permukaan bumi ini
Shalawat dan salam marilah pula kita sampaikan kepada junjungan Alam Nabi besar Muhammad SAW. Sebagai Nabi dan Rasul yang terakhir sebaik baik pilihan untuk menjadi Rahmatan lil ‘alamiin , Juga kepada segenap keluarga dan sahabat beliau, yang telah meneruskan tugas Risalah beliau untuk memperbaiki akhlak dan menegakkan kebenaran serta keadilan di permukaan bumi ini.
Kaum Muslimin Jamaah Magrib yang dirahmati Allah SWT
1. Keunpa kita meperingati isra’ dan mikraj ?
Allah berfirman dalam Surat ibrahim Ayat : 5
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مُوسَىٰ بِآيَاتِنَا أَنْ أَخْرِجْ قَوْمَكَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَذَكِّرْهُمْ بِأَيَّامِ اللَّهِ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ [١٤:٥]
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami, (dan Kami perintahkan kepadanya): "Keluarkanlah kaummu dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah". Sesunguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur.
Allah subhanahu wat’ala dengan kalimat وَذَكِّرْهُمْ بِأَيَّامِ اللَّهِ . ini mengandung pengertian bahwa Allah subhananhu wata’ala memerintahkan Rasulnya untuk mengingatkan Umatnya untuk mengingat ”Hari HariNya” Hari adalah satuan waktu yang digunakan untuk mengukur periode waktu dalam satu putaran Bumi pada porosnya, satu hari dibagi menjadi 24 jam. Jam berasal dari menit, satu jam adalah satuan waktu dari 60 menit. Dalam kajian sains moderen menit adalah satuan waktu yang lebih kecil dari jam dan lebih besar dari detik, satu menit adalah sama dengan 60 detik. Detik adalah satuan waktu terkecil dalam sistem waktu modern. Satu detik adalah sama dengan 1/60 menit atau 1/3600 jam. Yang kesemua itu adalah makhluk Allah yang diciptakan bukan terjadi dengan sendirinya dan dibawah kekuasaan Penciptanya sebagaimana Allah berfirman surat Taubah ayat :36
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ ۚ
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, ....”
Peristiwa Isra’ dan Mi’raj adalah peristiwa penting dalam sejarah islam yang terjadi pada malam hari tanggal 27 Rajab tahun ke-10 Kenabian ( 621 M
Peristiwa ini terjadi dalam waktu Allah فى منتهى عظمته و مننتهى علمه ومنتهى قدرته dalam ilmunya dan dalam kemahakuasaan zatNya Mustahil terjadi sebuah peristiwa diluar waktu dan tempat. Maka semua peristiwa dalam risalah kenabian semua terikat dengan zaman dan tempat . maka oleh ritual keagamaan yang dilakukan oleh umat islam seperti memperingati isra’ dan Mi’raj, maulid Nabi muhammad Shallahu alaihi wasallam, nuzulul qur’an dan tahun baru hijriah dan hari hari besar lainnya adalah untuk mengingat hari hari Allah yang dapat memberi mau’idhah dan memperkuat keimanan kepada Allah SWT.
Melaksanakan peringatah hari hari besar dalam islam adalah perintah Allah dan ini tidak hanya tanggung jawab seorang pemimpin Negara atau pemimpin agama, namun ini adalah tanggung jawab kita setiap Muslim yang beriman kepada Allah dan Rasulnya untuk meningkatkan ke Imanan Kepada Allah
Kaum Muslimin Jamaah Magrib yang dirahmati Allah SWT
Peristiwa Isra’ diabadikan dalam al-Qur’an di Surat Isra’ ayat 1 Allah berfirman :
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Sedangkan Peristiwa Mi’raj disebutkan dalam Surat An-Najmu (53) ayat 13-18.
عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَىٰ [٥٣:١٤]
(yaitu) di Sidratil Muntaha.
عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَىٰ [٥٣:١٥]
Di dekatnya ada surga tempat tinggal,
إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَىٰ [٥٣:١٦]
(Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya.
مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَىٰ [٥٣:١٧]
Penglihatannya (muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya.
لَقَدْ رَأَىٰ مِنْ آيَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَىٰ [٥٣:١٨]
Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.
Kaum Muslimin Jamaah Magrib yang dirahmati Allah SWT
Dalam Surah Isra’ ayat 1 ada delapan kata kunci yang menggiring pemahaman untuk mendapatkan hikmah dan kebenaran yaitu Subhāna, Asrā, ‘Abdihī, Lailan, Masjidil Harām-Masjidil Aqshā, Bāraknā Haulahū, Linuriyahū Min Âyatinā, dan Huwa As-Samī’ Al-Bashīr.
Pertama, Subhāna (Maha Suci Allah), kalimat tasbih ini dalam kitab tafsir diartikan At-Tanzīh, Al- Barā’ah, dan At-Ta’ajjub. Subhāna dalam makna At-Tanzīh mengandung arti Allah terlepas dari kekurangan dan kelemahan dengan Keagungan dan Kekuatan yang dimiliknya. Dan Subhāna dalam makna Al-Barā’ah mengandung arti mensucikan Allah dari segala keburukan. Sedangkan Subhāna dalam makna At-Tajjub mengandung arti kekaguman kepada Allah yang Maha Hebat. Maka mengawali ayat ini dengan kalimat Subhāna memberikan pesan penting bahwa yang akan Allah sampaikan peristiwa yang luar biasa mengandung kekaguman atas kehendak Allah.
Kedua, Asrā (Allah telah memperjalankan) menunjukkan Rasulullah tidak melakukan perjalanan
dengan sendirinya, tetapi diperjalankan oleh Allah. Rasulullah didampingi didampingi oleh Malaikat Jibril. Hal ini diceritkan dalam Hadits Malaikat Jibril datang dan membawa Nabi, lalu dibedahnya dada Nabi dan dibersihkannya hatinya, diisinya dengan iman dan hikmah.
Didatangkan buraq, 'binatang' berwarna putih yang langkahnya sejauh pandangan mata. Dengan
buraq itu Nabi melakukan isra' dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsha (Baitul Maqdis)
di Palestina. Dengan buraq pula Nabi SAW melanjutkan perjalanan memasuki 7 langit. Karena itu
perjalan ini bukan atas kehendak sendiri Rasulullah, melainkan diperjalankan oleh Allah.
Ketiga, Abdihī (hamba-Nya) yaitu Hamba Allah. Dalam tafsir Ar-Rozi karangan Imam Fakhruddin Ar-Razi menjelaskan bahwa penggunakan kata ‘Abdi menunjukkan jasad dan ruh. Artinya Rasulullah Isra’ Mi’raj dengan jasad dan ruhny. Karena kalau tidak dengan ruh dan jasad Allah tidak akan memakai kata ‘Abdi bisa saja memakai kata Mayyiti atau Rūhi. Sesuai dengan riwayat dalam Hadist bahwa Rasulullah salat dua rakaat di Baitul Maqdis (Masjdil Aqsha), lalu dibawakan oleh Jibril segelas khamr (minuman keras) dan segelas susu, Rasulullah memilih susu. Hadis ini memperkuat Rasullulah Isra’ dengan fisiknya juga bukan mimpi dibuktikan dengan Rasulullah Shalat dan minum.
Kata ‘Abdi selain memiliki arti lafzi juga memiliki arti maknawi bahwa yangbisa mengalami perjalanan seperti ini adalah seseorang yang memiliki kualitas derajat tertentu sebagai seoranga hamba. Seorang hamba Allah adalah seorang yang sangat taat pada Tuhannya,rendah hati tidak sombong dan tidak pernah membantah kalau diperintah. Mengandung pesanbahwa Rasulullah digambarkan sebagai orang yang tidak pernah membantah sangat ta’at “Sami’nāwa Atho’nā” apa yang diperintahkan selalu diikuti tanpa membantah. Maka, yang bisa melakukan perjalan ini adalah seseorang sudah mencapai tingkat hamba.
Keempat, Lailan (pada suatu malam). Lailan menggunakan Isim Nakirah ditandai dengan tanwin. Ulama’ tafsir mengatakan penggunakan Isim Nakirah bukan Isim Makrifat pada kata Lailan menunjjukan separuh waktu malam, kalau menunjukan waktu satu malam penuh niscaya menggunakan Isim Makrifat yaitu Al-Lail. Ini menunjukkan arti bahwa Rasulullah Isra’ Mi’raj bukan satu malam penuh namun hanya sedikit dari waktu malam tersebut.
Sesuai dengan Riwayat dari Siti ‘Aisah bahwa Rasulullah meninggalkan pembaringannya saat kembali pembaringan masih dalam keadaan hangat. Riwayat lain menyebutkan saat berangkat sempat menyenggol tempat airminum kemudian tumpah kemudian ketika beliau kembali dari perjalanan saat samapai rumah digambarkan airnya itu masih menetes. Itu menunjukkan betapa perjalanan Isra’ Mi’raj terjadi sangat cepat.
Kelima, Masjidil Harām-Masjidil Aqshā (dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha). Kalimat ini menegaskan kata Asrā, dimana Rasulullah berpindah tempat dari Makkah ke Palestina dua tempat yang mulia dan agung yaitu dari masjid ke masjid. Masjidil haram adalah pusat penyebaran Islam di zaman Nabi Muhammad, sedangkan Masjidil Aqsa menjadi pusat peribadatan dan pusata penyebaran Islam di zaman Nabi Ibrahim dan pernah menjadi kiblat umat Islam di Zaman Rsulullah. Allah memperjalankan Rasulullah di dua tempat ini untuk napak tilas perjalanan perjuangan nabi Ibrahim as. Allah memberi clue ini agar bisa dikembangan dengan catatan sejarah.
Keenam, Bāraknā Haulahū (yang telah Kami berkahi sekelilingnya). Memberikan pesan kalau tidakdiberkahi dan dijaga sekelilingnya oleh Allah tentu bisa berbahaya dan bermaslah dengan badanRasulullah karena melewati dan memasuki dimensi yang tidak biasa.
Ketujuh, Linuriyahū Min Âyatinā (agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami). Tujuan Isra’ Mi’raj untuk memperlihatkan kepada Rasulullah berbagai macam peristiwa, sejarah yang dilakukan dimasa lalu, banyak hal diceritakan diperlihatkan kepada Rasulullah. Diceritakan dalam Hadits Rasulullah berjumpa denga para Nabi terdahulu, diperlihatkannya empat sungai dua sungai non- fisik (bathin) di surga, dua sungai fisik (dhahir) di dunia yaitu sungai Efrat dan sungai Nil. Kemudian Rasulullah diperlihatkan Baitul Ma'mur, tempat 70.000 malaikat shalat tiap harinya, setiap malaikat hanya sekali memasukinya dan tak akan pernah masuk lagi. Dan banyak hal yang Allah perlihatkan kepada Rasulullah selama perjalanan Isra’ Mi’raj.
Kedelapan, Huwa As-Samī’ Al-Bashīr (Dialah Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat). Dimana Allah memberikan sebagian kekuatan mendengar dan melihat kepada Rasulullah. Rasulullah bias melihat berbagai hal. Bagi Rasulullah Isra’ Mi’raj suatu perjalanan yang sangat panjang dimana Allah memperlihatkan berbagai peristiwa-peristiwa yang sangat penting. Untuk memotivasi Rasulullah karena Isra’ Mi’raj terjadi pada saat perjuangan Rasulullah sangat sulit dalam titik kulminasi paling bawah dimana dia sangat terjepit (‘āmul huzn) yaitu wafatnya Paman dan Isteri Rasulullah mereka menjadi pelindung Rasulullah terhadap orang-orang Qurasi dan memberikan dukungan harta bendanya
Kaum Muslimin Jamaah Magrib yang dirahmati Allah SWT
Dari delapan kata kunci yang telah disampaikan oleh Allah dalam ayat diatas memberikan isyarat kepada kita bahwa ada dua hikmah yang dapat kita ambil dari peristiwa Isra’ dan Mikraj Nabi muhammad Shallaulahu alaihi wasallam yaitu ; Pertama Hikmah Spritual dan yang kedua Hikmah Saisn dan Teknologi
Pertama : Hikmah Spritual dalam Konteks Kehidupan Sehari-Hari dari Peristiwa Isra' dan Mikraj yang dapat diambil adalah:
1. Mengingatkan akan kebesaran Allah SWT: Peristiwa Isra' dan Mikraj yang diabadikan Allah dalam Al Qur’an menunjukkan kekuasaan dan kebesaran Allah SWT dalam menciptakan alam semesta dan mengatur kehidupan manusia.
Kalimat SUBHANA..........
2. Mengembangkan kesabaran dan ketabahan: Peristiwa Isra' dan Mikraj menunjukkan kesabaran dan ketabahan Nabi Muhammad SAW dalam menghadapi cobaan dan tantangan.
THAIF......Akhir ayat an nahl
3. Mengingatkan akan pentingnya doa dan ibadah ( Shalat): Peristiwa Isra' dan Mikraj menunjukkan pentingnya doa dan ibadah Shalat dalam kehidupan seorang muslim.
4.Mengingatkan akan pentingnya ukhuwah: Peristiwa Isra' dan Mikraj menunjukkan pentingnya ukhuwah (persaudaraan) antara sesama muslim. ( dalam peristiwa israk dan mikraj dimulai dengan Masjidil Haram- Mekkah dan Mesjidil Aqsa Pelestina dan sidratul Muntaha ) ini memberikan informasi kepada kita bahwa mesjidil Aqsa adalah bahagian dari Aqidah kita. Kita berterimakasih kepaga bapak presiden Probowo Subianto, dengan keberanian beliau menyuarakan perberhentian perang terhadap Rakyat pelestina yang Sah mendiami bumi Para nabi dan Rasul yang di utus oleh Allah SWT.
Orang orang yang tidah hiba dan tidak merasakan sesuatau dalam jiwanya apa yang sedang dihadapi oleh umat muslim yang ada di pelestina sekarang, orang orang tersebut perlu diperiksa DNAnya apakah dia orang mukmin atau munafiq.
Kaum Muslimin Jamaah Magrib yang dirahmati Allah SWT
Yang kedua : Hikmah Saisn dan Teknologi
Dalam memahami peristiwa Isra' Mi'raj, ulama besar seperti Syekh Muhammad Mutawalli Asy-Sya'rawi memberikan pandangan yang sangat mendalam.
Syekh Sya'rawi menekankan bahwa Isra' Mi'raj adalah bukti kekuasaan Allah yang tidak terikat oleh hukum alam. Beliau mengungkapkan bahwa Isra' Mi'raj bukan sekadar peristiwa spiritual, tetapi juga mengandung dimensi ilmiah yang dapat menjadi landasan umat Islam untuk mengembangkan pengetahuan. Beliau mengatakan bahwa:
Manusia Sebagai Khalifah yang Berpotensi Mencapai Batasan Langit
Syekh Sya'rawi menjelaskan bahwa perjalanan Mi'raj Rasulullah SAW menunjukkan bahwa manusia, dengan izin Allah, memiliki potensi untuk menjelajahi alam semesta.
Beliau menyebutkan bahwa kemampuan manusia untuk memahami dan menjelajahi ciptaan Allah adalah bentuk implementasi dari tugas sebagai khalifah di bumi ini
Perjalanan kelangit yang dilakukan Rasulullah SAW bias menjadi Sebuah inspirasi untuk pengembangan teknologi antariksa yang tetap didasari oleh nilai-nilai tauhid.
Dimensi Ruang dan Waktu sebagai Makhluk Allah.
Dalam pandangan SyekhSya'rawi, peristiwa Isra' Mi'raj adalah bukti bahwa ruang dan waktu adalah makhluk Allah yang tunduk kepada kehendak-Nya. Hal ini menjadi dasar bagi umat Islam untuk memahami bahwa sains dan teknologi bukanlah sesuatu yang bertentangan dengan agama, tetapi sarana untuk mengenal kebesaran Allah lebih dekat.
Bagimana hikmah dari Isra’ Mi’raj sebagai Inspirasi Sain dan Teknologi Dalam Peradaban Islam yang menjelaskan proses perpindahan dari Makkah ke Palestina dan ke Shidratul Muntaha dalam waktu satu malam? Ini kata kuncinya adalah لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى
Dua peristiwa besar dan sebagai mukjizat Nabi muhammad Shallalahu alaihi wasallam yang menjadi sebuah inspirasi bagi para ilmuan untuk mengkaji kecepatan Waktu yang dialami Rasulullah dalam peristiwa isra’ dan mi’raj untuk dapat di implimenyasikan dalam kehidupan sehari hari
Melihat Isra’ Mi’raj dalam Konteks Sains
Ketika kita melihat Isra’ Mi’raj dalam Konteks Sains Setidaknya ada empat hal yang bisa digali dengan Sains Modern yaitu keberadaan tempat, keberadaan waktu, keberadaan Buraq (kilat) dan keberadaan tujuh langit.
Pertama, keberadan tempat atau jarak (Asra). Di tata surya kita Bumi adalah pelanet yang kecil dibandingkan dengan Jupiter karena ukurannya 1.300 besar bumi, kalau dibandingkan dengan Matahari 1.300.000 besar bumi. Kemudian Matahari yang paling besar di tata surya kita menjadi sangat kecil dibandingkan dengan bintang-bintang lainnya seperti bintang Sirius, Pollux, Arcturus, Aldebaran, Aldebaran, Rigel, Antares dan bintang lainnya yang ukuranya rata-rata seribu kali besar Matahari. Dari segi jarak tak terhingga jauhnya dengan bintang-bintang. Bintang yang paling dekat yaitu tetangga matahari proxima century dengan jarak 4,2 tahun cahaya. Padahal cahaya merambat 300.000 km/detik. Jarak matahari dengan bumi 8 menit cahaya.
Banyak objek-objek langit jaraknya miliaran tahun cahaya. Matahari bukan pusat alam semesta
matahari salah satu lengan galaksi bima sakati yang isinya miliaran bintang dan jumlah galaksi jumlahnya tak terhingga juga jaraknya tak terhingga. Menurut Prof. Dr. Jamaluddin, M.Sc. Guru Besar Asronomi ITB bahwa alam semseta terdiri dari 1-2 triliun galaksi yang dapat diamati, 51 galaksi gerup lokal. Matahari ditengah-tengah galaksi sepeti satu debu yang sangat kecil sekali dan bumi tentu lebih kecil dari itu seperti titik kecil. Kalau kita bertanya dimana Makkah? Disitu dititik itu, dimana Madinah? Disitu dititik itu, dimana Palestina? Disitu di titik itu, dimana Indonesia? Disitu dititik itu. Bumi yang menjadi titik kecil itu adakah tempat dan jarak? Tidak ada. Jadi persoalan jarak itu dimana kita berada. Dan Allah Maha Besar dari alam semesta, maka sangat mudah bagi Allah memindah hambaNya dari satu tempat ke tempat yang lain bagi Allah tidak ada jarak. Inilah tinjauan Sains dari aspek Astronomi.
Berkaitan dengan dimensi tempat ini juga dapat dianalogikan, kalau ada suatu alam dua dimensi seperti lembaran. Untuk perjalanan di dalam dua dimensi akan menempuh jarak yang panjang dan waktu yang lama, namun kalau berada pada tiga dimensi apa susahnya memindahkan seperti memindahkan semut dari lembar depan ke belakang sehingga tidak akan menempuh jarak panjang dan tidak memakan waktu lama.
Kedua, keberadaan waktu (Lailan). Waktu itu sangat relatif karena senantiasa terjadi perbedaan hitungan seperti tahun Hijriah dan Mashi beda 11 hari dalam satu tahun, seminggu Mashi 7 hari, seminggu Jawa 5 hari, seminggu Cina 12 hari, seminggu tradisi Swehli di Afrika 4 hari, terjadi perbedaan. Waktu itu sayaratnya ada ruang yang kedua ada benda yang bergerak. Andaikan bumi ini tidak berputar apakah ada waktu besok atau kemarin?. Syurga menjadi abadi karena di syurga tidak ada Bulan tidak ada Matahari tidak ada benda langit yang bergerak semuanya dalam keadaan stabil makanya tidak akan tua.
Selanjutnya apakah waktu kita di Bumi ini sama dengan yang diBulan? Tentu beda, karena waktu di Bulan akan tidak terikat oleh waktu di bumi. Kita sesama di Bumi saja berbeda waktunya di Indonesia siang di Amerika malam.Waktu juga menjadi relative walaupun jaraknya tempuh sama ketika kita berjalan ke Makkahdengan mengendarai kuda yang kecepatan 50 km/jam dengan naik pesawat yang kecepatannya 800km/jam, yang pakai pesawat sudah pulang dari Makkah sedangkan yang pakai kudah masih dijalan.Bagaimana kalau perjalanan mengendarai suatu kendaraan dengan kecepatan cahaya dengan kecepatan 299.792,458 km per detik yang hitungannya dapat mengelilingi dunia tujuh kali. Sebagaimana Rasulullah Isra’ Mi’raj dengan kecepatan cahaya. Maka persoalan waktu sangat relative sehingga peristiwa Isra’ Mi’raj bukan hal aneh. Diperkuat oleh cerita nabi Sulaiman dalam Al-Qur’an surah An-Naml ayat 39 yang memindahkan istanya Ratu Balqis dalam sekejap.
Berbeda lagi perbedaan waktu di sisi Allah dalam Al-Qur’an surat Al Hajj ayat 47 bahwa 1 hari
disisi Allah sama dengan seperti seribu tahun menurut perhitungan manusia. Atinya jika hidup manusia dirata-ratakan berusia 63 tahun layaknya Rasulullah, maka, bisa disimpulkan jika waktu hidup di dunia ini hanya satu setengah jam waktu di sisi Allah. Inilah yang terjadi pada orang-orang yang dihidupkan di akherat kelak ketika ditanya berapa lamakah tingggal di Bumi, mereka menjawab yauman (sehari) aw ba’dla yaumin (atau setengah hari) sebagaimana yang dicerikan Al-Qur’an dalam surah Al-Mu’minuun ayat 112-114. Hal ini merupakan tinjauan Sains dari aspek Fisika berbicara kecepatan. Bukti waktu itu relative, juga dapat ditinjau Sains dari aspek psikologis. Pada dasarnya waktu itu ada pada diri manusia sendiri jam yang ada di dinding namanya waktu yang artipisial yang sifatnya stabil. Sedangkan waktu yang ada pada diri sendiri itu bisa berjalan cepat bisa berjalan lambat.Tergantung kondisi, ketika kita sedang bebahagia waktu terasa cepat, kalau lagi susah waktu terasa lama sekali.
Ketiga, keberadaan Buraq (Bāraknā). Buraq memiliki arti kilat, sebagai simbol kendaraan dengan kecepatan cahaya yang digunakan Rasulullah saat Isra’ Mi’raj. Secara ilmiah dapat digambarkan bahwa perjalanan Rasulullah dari Makkah ke Palestina kemudian ke Sidratul Muntaha dilakukan dengan kecepatan barqun (kilat/cahaya). Dalam ilmu pengetahan menjelaskan hal demikian bisa di buktikan secara saintifik dengan mekanisme yang disebut Teleportasi. Teleportasi mirip kegunaannya dengan tele yang lain televisi kita bisa lihat langsung kejadian yang jaraknya jauh, melalui telephone bisa kita kirim suara, gambar, video, file dalam sekejap walapun dengan jarak yang sangat jauh.
Demikian juga dengan Teleportasi, tele artinya jarak jauh sedangkan port artinya tempat kedatangan. Teleportasi digambarkan sebuah perjalanan yang sangat jauh dari satu tempat ketempat yang lain yang dilakukan dengan kecepatan yang sangat tinggi. Itu sudah mulai bisa dibuktikan keberadaannya bahwa benda-benda, partikel dalam sekala yang masih kecil itu bisa dikirimkan dengan kecepatan yang sangat tinggi. Teleportasi itu diakui oleh ilmu pengetahuan modern. Dan inilah teori yang dapat digunakan untuk menjelaskan bagaimana Rasulullah itu berpindah tempat dari Makkah ke Palestina hingga ke Sidratul Muntaha.
Agus Mustofa alumni Teknik Nuklir UGM menjelaskan bahwa di labolatorium nuklir bias dibuktikan materi bisa berubah menjadi gelombang cahaya, materi bisa berubah menjadi energi. Sebagaimana Albert Einstein sudah menggambarkan E=mc² (e=energy, m=massa/materi, c²=cahaya kuadrat). Jadi ada korelasi bahwa massa bisa diubah menjadi cahaya dan menghasilkan energy yang sangat besar. Sebaliknya massa bisa diciptakan dimunculkan kembali dengan cara E:c²=m, artinya massa/materi bisa diciptakan dikristalkan dari sebuah energi dengan cara dibagi c². Materi/benda bisa dirubah menjadi cahaya, dan cahaya bisa dirubah menjadi benda. Energi bias dirubah menjadi materi, materi bisa dirubah menjadi energi itu adalah suatu fakta emperik yang diketahui oleh orang yang belajar fisika modern. Maka kalau kita gunakan teori teleportasi ini kita dengan mudah bisa menjelaskan bahwa sangat mungkin Rasulullah berpindah dari Makkah ke Palestina dalam kecepatan kilat dalam kecepatan barqun. Dengan kata lain, sangat boleh jadi badan nabi Muhammad itu diubah menjadi badan
cahaya. Karena itu beliau digambarkan didampingi oleh Malaikta Jibril yang diciptkan dari cahaya. Mahkluk cahaya yang juga melakukan perjalanan dengan makhluk cahaya yang bergerak dengan
kecepatan cahaya.
Karena secara umum materi atau benda apapun bisa diubah menjadi cahaya dan cahaya dikebalikan kepada materi, reaksinya namanya anihilasi. Kalau partikel ditabrakkan dengan anti partikelnya maka partikel dan antipartikel ini akan lenyap berubah menjadi sinar gama. Dan jika sinar gama dilewatkan di medan inti atom dengan kekuatan tertentu 200 megaelectron-volt, maka sinar gama itu bisa berubah kembali menjadi partikel dan antipatikel rekasinya disebut perproduction raeaction (reaksi perprodaksen). Dan ini butuh pembuktian-pembuktian secara teknologis, tetapi sudah diwadahi ilmu sains bahwa hal itu mungkin terjadi.
Ketika badan nabi berubah menjadi cahaya yang kecepatan cahaya itu 1 detik 300.000 km. kalau digunakan keliling bumi 40.000 km hanya butuh satu detik bisa menempuh 7,5 kali keliling bumi. Jarak Makkah dengan Palestina 1.500 (dibagi 300.000) maka waktu yang dibutuhkan Rasulullah kurang dari sedetik yaitu 0,005 detik. Dalam waktu 0,005 detik kurang dari kedipan mata Rasulullah sudah berpindah tempat dari Makkah ke Palestina. Perpindahan dari Masjid ke Masjid, dimana Masjidil Haram itu menyimpan energi positif yang sangat besar dan di Masjdil Aqsa juga menyimpan energi yang sangat besar antar tabung energi itulah terjadi peristiwa teleportasi yang disebut Isra’ Mi’raj. Begitu juga yang terjadi pada Nabi Sulaiaman yang diceritakan dalam Al-Qur’an yaitu memindahkan singgasana Ratu Balqis dengan cara teleportasi. Keempat, keberadaan langit (Haulahu).
Di dalam Hadits diceritakan dengan Buraq Rasulullah melanjutkan perjalanan memasuki 7 langit. Apakah langit yang dimaksudkan dalam Isra’ dan Mi’raj yang disebutkan dalam Al-Qur’an? Apakah lagit yang berwarna biru yang kita lihat saat siang hari?. Lagit tidak selalu biru, kalau sore hari atau pagi menjelang matahari terbit kita melihat langit yang berwarna merah. Dan pada malam hari kita melihat langit yang berwarna hitam. Karena sesuangguhnya langit warna biru, merah, hitam ini hanya hamburan cahaya matahari oleh atmosfer bumi. Kalau tidak ada oleh atmosfer bumi tidak ada udara maka langit tidak akan berwarna biru. Jadi cahaya biru itu karena hamburan cahaya sinar matahari oleh oleh atmosfer. Dan pada sore hari saat matahari terbenam juga caha merahnya dari matahari yang kemudian di hamburkan oleh oleh atmosfer juga. Dan pada malam hari setelah matahari terbenam maka kita akan melihat langit yang berwarna hitam. Dan kalau kita menjadi astronot kita juga akan melihat langit dengan berwarna hitam karena tidak ada atmospir di antariksa (luar angkasa) dan kita bisa melihat matahari itu bias bedampingan dengan bulan dan bintang-bintang.
Berbeda kalau kita melihat matahari pada siang hari bintang-bintang tidak akan terlihat karena cahaya matahari dihamburkan oleh oleh atmosfer mengalahkan cahaya bintang. Jadi keberadaan 7 lapis lagit menjadi motivasi mengembangakan teknologi karena teknologi ruang angkasa pada abad 21 ini baru mampu mencapai planet Saturnus yang berjarak 1 miliar km dari bumi, dan itupun memerlukan waktu perjalanan 7 tahun seperti yang dilakukan pesawat AS, Voyager 2. Sesuai dengan tantangan yang Allah berikan dalam Al-Qur’an surah Ar Rahman ayat 33 yang diterjemahkan, Hai para jin dan manusia, jika kamu menembus penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan. Kekuatan yang dimaksud dalam ayat ini menurut Ulama’ kontemporer adalah Sains Teknologi.
Integrasi Sains dan Agama
Syekh Muhammad Mutawalli Sya’rawi Peristiwa Isra’ Mi’raj memberikan pesan keniscayaan integrasi sains dan Islam. Yaitu dengan memperpadukan dan mengharmonisasikan Al-Qur’an sebagai ayat/wahyu Allah yang berupa teks (Ayat Qauliyah) dengan alam semsta sebagai ayat Allah yang berwujud (ayat Kauniyah). Keduanya tidak mungkin bertentangan sebab semuanya berasal dari yang Maha Satu, Allah SWT.
Teks dan konteks memiliki kedudukan yang sama sebagai ayat-ayat Allah. Begitulah makna luas yang terkandung dalam terma Iqra’ yang menjadi ayat Al-Qur’an yang pertama diturunkan. Karena Iqra’ sendiri bukan hanya bermakna membaca tulisan huruf atau angka, namun Iqra’ juga memiliki arti menyampaikan, menelaah, membaca, mendalami, meneliti, mengobservasi, mengetahui ciricirinya, dan sebagainya. Berarti termasuk Iqra’ itu membaca manusia, angin, air, api, gunung, laut, bintang, langit dan membaca semua isi alam jagad raya ini yang merupakan ciptaan dan tanda kekuasaan Allah SWT. Maka Membaca teks dan konteks relitas memiliki nilai yang sama, membaca teks adalah membaca wahyu Allah (Ayat Qouliyah) yaitu Alqur'an dan membaca konteks realitas adalah membaca ayat Allah yang berwujud (ayat Kauniyah) yaitu alam semesta ini. Disini posisi Al-Qur’an tidak saja terkait dengan nilai kesucian (sakralitas-teks), tetapi juga nilai keduniawian (profanitas-konteks).
Kajian Al-Qur’an sejatinya menyeimbangkan di antara kedua hal tersebut agar lebih kritis dan objektif sebagai upaya totalitas integrasi yang merubah paradigm dari teosentris menuju teo-antroposentris yang mengimplementasi semangat rahmatan lil’alamin. Dengan paradigma ini Al-Qur’an menjadi sentral relasi pada relasi realitas teologi/ketuahan, realitas kealaman dan realitas kemanusiaan secara menyatu. Yang terealisasi melalui metodologi min al-nāsh ila al-wāqi’ (gerakan dari teks menuju realitas) ataupun min al-wāqi` ila al-nāsh (dari realitas menuju teks).
KESIMPULAN:
Dari peringatan Isra’ dan Mikraj Tahun ini dapat kita ambil dapat kita mengambil beberapa kesimpulan untuk menjadi Ispirasi bagi kita dalam menjalankan tugas sebagai Khalifah di Muka Bumi, antara lain sbb:
1. Al qur’an mengajarkan bahwa perkembangan sains dan teknologi tidak boleh melupakan nilai nilai spiritual. Sebagaimana Isra' Mi'raj menggabungkan perjalanan fisik dan spiritual Rasulullah, umat Islam juga harus mengembangkan teknologi yang membawa kemaslahatan dunia sekaligus memperkuat hubungan dengan Allah SWT.
2. Konsep Perjalanan Cepat dalam Peristiwa Isra' dan Mi’raj dapat menginspirasikan umat manusia untuk menciptakan teknologi transportasi supercepat yang menembus batas ruang dan waktu. Dan dalam konteks modern, ini mengilhami pengembangan teknologi pesawat dan eksplorasi antariksa.
3. Dalam perjalanan Mi'raj, Rasulullah SAW menyaksikan tanda-tanda kebesaran Allah di langit. Hal ini mendorong ilmuwan Muslim seperti Al-Biruni dan Ibnu Haytham untuk mengembangkan ilmu astronomi yang menjadi dasar bagi sains modern.
Berikut Doa Nabi Muhammad SAW di Thaif yang membuat para malaikat iba:
اللّهُمّ إلَيْك أَشْكُو ضَعْفَ قُوّتِي ، وَقِلّةَ حِيلَتِي ، وَهَوَانِي عَلَى النّاسِ، يَا أَرْحَمَ الرّاحِمِينَ ! أَنْتَ رَبّ الْمُسْتَضْعَفِينَ وَأَنْتَ رَبّي ، إلَى مَنْ تَكِلُنِي ؟ إلَى بَعِيدٍ يَتَجَهّمُنِي أَمْ إلَى عَدُوّ مَلّكْتَهُ أَمْرِي ؟ إنْ لَمْ يَكُنْ بِك عَلَيّ غَضَبٌ فَلَا أُبَالِي ، وَلَكِنّ عَافِيَتَك هِيَ أَوْسَعُ لِي ، أَعُوذُ بِنُورِ وَجْهِك الّذِي أَشْرَقَتْ لَهُ الظّلُمَاتُ وَصَلُحَ عَلَيْهِ أَمْرُ الدّنْيَا وَالْآخِرَةِ مِنْ أَنْ تُنْزِلَ بِي غَضَبَك أَوْ يَحِلّ عَلَيّ سُخْطُكَ، لَك الْعُتْبَى حَتّى تَرْضَى وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوّةَ إلّا بِك
Artinya: "Ya Allah, kepada-Mu aku mengadukan kelemahanku, kekurangan daya upayaku di hadapan manusia. Wahai Tuhan Yang Maharahim, Engkaulah Tuhan orang-orang yang lemah dan Tuhan pelindungku. Kepada siapa hendak Engkau serahkan nasibku? Kepada orang jauhkah yang berwajah muram kepadaku atau kepada musuh yang akan menguasai diriku? Asalkan Engkau tidak murka kepadaku, aku tidak peduli sebab sungguh luas kenikmatan yang Engkau limpahkan kepadaku. Aku berlindung kepada nur wajah-Mu yang menyinari kegelapan dan karena itu yang membawa kebaikan di dunia dan akhirat dari kemurkaan-Mu dan yang akan Engkau timpakan kepadaku. Kepada Engkaulah aku adukan halku sehingga Engkau ridha kepadaku. Dan, tiada daya upaya melainkan dengan kehendak-Mu."
Malaikat Jibril iba menyaksikan Rasulullah itu terluka fisik dan hatinya. Jibril berkata, "Allah mengetahui apa yang terjadi padamu dan orang-orang ini. Allah telah memerintahkan malaikat-malaikat di gunung-gunung untuk menaati perintahmu."
Hadits tentang Isra Miraj
Para sahabat Rasulullah SAW banyak yang meriwayatkan hadits terkait Isra Miraj. Mereka adalah Anas bin Malik, Abu Dzar, Malik bin Sha'sha'ah, Ibnu 'Abbas, Jabir, Abu Hurairah, dan Ubay bin Ka'ab. Selain itu, masih ada Buraidah ibnul Hushaib Al-Aslamy, Hudzaifah ibnul Yaman, Syaddad bin Aus, Shuhaib, Abdurrahman bin Qurath, Ibnu 'Umar, Ibnu Mas'ud, 'Ali, dan 'Umar.
Salah satu hadits tentang Isra Miraj diceritakan Anas bin Malik, yang juga menceritakan kendaraan berupa hewan buraaq.
حَدَّثَنَا شَيْبَانُ بْنُ فَرُّوخَ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، حَدَّثَنَا ثَابِتٌ الْبُنَانِيُّ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ " أُتِيتُ بِالْبُرَاقِ - وَهُوَ دَابَّةٌ أَبْيَضُ طَوِيلٌ فَوْقَ الْحِمَارِ وَدُونَ الْبَغْلِ يَضَعُ حَافِرَهُ عِنْدَ مُنْتَهَى طَرْفِهِ - قَالَ فَرَكِبْتُهُ حَتَّى أَتَيْتُ بَيْتَ الْمَقْدِسِ - قَالَ - فَرَبَطْتُهُ بِالْحَلْقَةِ الَّتِي يَرْبِطُ بِهِ الأَنْبِيَاءُ - قَالَ - ثُمَّ دَخَلْتُ الْمَسْجِدَ فَصَلَّيْتُ فِيهِ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ خَرَجْتُ فَجَاءَنِي جِبْرِيلُ - عَلَيْهِ السَّلاَمُ - بِإِنَاءٍ مِنْ خَمْرٍ وَإِنَاءٍ مِنْ لَبَنٍ فَاخْتَرْتُ اللَّبَنَ فَقَالَ جِبْرِيلُ صلى الله عليه وسلم اخْتَرْتَ الْفِطْرَةَ . ثُمَّ عَرَجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ فَقِيلَ مَنْ أَنْتَ قَالَ جِبْرِيلُ . قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ . قِيلَ وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ قَالَ قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ . فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا بِآدَمَ فَرَحَّبَ بِي وَدَعَا لِي بِخَيْرٍ . ثُمَّ عَرَجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ الثَّانِيَةِ فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ . فَقِيلَ مَنْ أَنْتَ قَالَ جِبْرِيلُ . قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ . قِيلَ وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ قَالَ قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ . فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا بِابْنَىِ الْخَالَةِ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ وَيَحْيَى بْنِ زَكَرِيَّاءَ صَلَوَاتُ اللَّهِ عَلَيْهِمَا فَرَحَّبَا وَدَعَوَا لِي بِخَيْرٍ . ثُمَّ عَرَجَ بِي إِلَى السَّمَاءِ الثَّالِثَةِ فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ . فَقِيلَ مَنْ أَنْتَ قَالَ جِبْرِيلُ . قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ صلى الله عليه وسلم . قِيلَ وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ قَالَ قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ . فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا بِيُوسُفَ صلى الله عليه وسلم إِذَا هُوَ قَدْ أُعْطِيَ شَطْرَ الْحُسْنِ فَرَحَّبَ وَدَعَا لِي بِخَيْرٍ . ثُمَّ عَرَجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ الرَّابِعَةِ فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ - عَلَيْهِ السَّلاَمُ - قِيلَ مَنْ هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ . قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ . قَالَ وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ قَالَ قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ . فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا بِإِدْرِيسَ فَرَحَّبَ وَدَعَا لِي بِخَيْرٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ { وَرَفَعْنَاهُ مَكَانًا عَلِيًّا} ثُمَّ عَرَجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ الْخَامِسَةِ فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ . قِيلَ مَنْ هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ . قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ . قِيلَ وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ قَالَ قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ . فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا بِهَارُونَ صلى الله عليه وسلم فَرَحَّبَ وَدَعَا لِي بِخَيْرٍ . ثُمَّ عَرَجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ السَّادِسَةِ فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ . قِيلَ مَنْ هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ . قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ . قِيلَ وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ قَالَ قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ . فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا بِمُوسَى صلى الله عليه وسلم فَرَحَّبَ وَدَعَا لِي بِخَيْرٍ . ثُمَّ عَرَجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ السَّابِعَةِ فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ فَقِيلَ مَنْ هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ . قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ صلى الله عليه وسلم . قِيلَ وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ قَالَ قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ . فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا بِإِبْرَاهِيمَ صلى الله عليه وسلم مُسْنِدًا ظَهْرَهُ إِلَى الْبَيْتِ الْمَعْمُورِ وَإِذَا هُوَ يَدْخُلُهُ كُلَّ يَوْمٍ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ لاَ يَعُودُونَ إِلَيْهِ ثُمَّ ذَهَبَ بِي إِلَى السِّدْرَةِ الْمُنْتَهَى وَإِذَا وَرَقُهَا كَآذَانِ الْفِيَلَةِ وَإِذَا ثَمَرُهَا كَالْقِلاَلِ - قَالَ - فَلَمَّا غَشِيَهَا مِنْ أَمْرِ اللَّهِ مَا غَشِيَ تَغَيَّرَتْ فَمَا أَحَدٌ مِنْ خَلْقِ اللَّهِ يَسْتَطِيعُ أَنْ يَنْعَتَهَا مِنْ حُسْنِهَا . فَأَوْحَى اللَّهُ إِلَىَّ مَا أَوْحَى فَفَرَضَ عَلَىَّ خَمْسِينَ صَلاَةً فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ فَنَزَلْتُ إِلَى مُوسَى صلى الله عليه وسلم فَقَالَ مَا فَرَضَ رَبُّكَ عَلَى أُمَّتِكَ قُلْتُ خَمْسِينَ صَلاَةً . قَالَ ارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَاسْأَلْهُ التَّخْفِيفَ فَإِنَّ أُمَّتَكَ لاَ يُطِيقُونَ ذَلِكَ فَإِنِّي قَدْ بَلَوْتُ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَخَبَرْتُهُمْ . قَالَ فَرَجَعْتُ إِلَى رَبِّي فَقُلْتُ يَا رَبِّ خَفِّفْ عَلَى أُمَّتِي . فَحَطَّ عَنِّي خَمْسًا فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى فَقُلْتُ حَطَّ عَنِّي خَمْسًا . قَالَ إِنَّ أُمَّتَكَ لاَ يُطِيقُونَ ذَلِكَ فَارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَاسْأَلْهُ التَّخْفِيفَ . - قَالَ - فَلَمْ أَزَلْ أَرْجِعُ بَيْنَ رَبِّي تَبَارَكَ وَتَعَالَى وَبَيْنَ مُوسَى - عَلَيْهِ السَّلاَمُ - حَتَّى قَالَ يَا مُحَمَّدُ إِنَّهُنَّ خَمْسُ صَلَوَاتٍ كُلَّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ لِكُلِّ صَلاَةٍ عَشْرٌ فَذَلِكَ خَمْسُونَ صَلاَةً . وَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كُتِبَتْ لَهُ حَسَنَةً فَإِنْ عَمِلَهَا كُتِبَتْ لَهُ عَشْرًا وَمَنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا لَمْ تُكْتَبْ شَيْئًا فَإِنْ عَمِلَهَا كُتِبَتْ سَيِّئَةً وَاحِدَةً - قَالَ - فَنَزَلْتُ حَتَّى انْتَهَيْتُ إِلَى مُوسَى صلى الله عليه وسلم فَأَخْبَرْتُهُ فَقَالَ ارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَاسْأَلْهُ التَّخْفِيفَ . فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَقُلْتُ قَدْ رَجَعْتُ إِلَى رَبِّي حَتَّى اسْتَحْيَيْتُ مِنْهُ " .
Artinya: Didatangkan Buraaq, hewan putih yang panjang , ukurannya lebih besar dari keledai dan lebih kecil dari baghal (anak kuda), dia meletakkan telapak kakinya dengan jarak sejauh ujung pandangan. Aku menungganginya dan sampai tiba di Baitul Maqdis, lalu saya mengikatnya di tempat yang biasa digunakan para Nabi. Kemudian saya masuk ke masjid dan shalat 2 rakaat lalu keluar. Setelah itu, Jibril dayang kepadaku membawa wadah berisi anggur dan susu. Aku memilih wadah berisi susu lalu Jibril berkata," Kau telah memilih (yang sesuai) fitrah."
Kemudian Jibril naik bersamaku ke surga pertama dan Jibril meminta dibukakan pintu, maka dikatakan (kepadanya), "Siapa Kau?" Dia menjawab: Jibril". Lalu Jibril ditanya lagi: "Siapa yang bersama denganmu?" Dia menjawab: "Muhammad" Pertanyaan berikutnya: "Apakah dia telah diutus?" Jibril menjawab, "Dia telah diutus." Pintu surga lalu terbuka dan aku bertemu Nabi Adam. Dia menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku.
Kemudian kami naik ke surga kedua dan Jibril kembali minta dibukakan pintu. Jibril juga ditanya,"Siapa kau?" Dia menjawab: "Jibril." Pertanyaan selanjutnya: "Siapa yang bersama denganmu?" Dia menjawab: "Muhammad." Kemudian: "Apakah dia telah diutus?" Jibril menjawab: "Dia telah diutus." Maka dibukakan bagi kami (pintu langit kedua) dan saya bertemu dengan Nabi Isa putra Maryam dan Nabi Yahya bin Zakariya. Mereka menyambutku dan berdoa untuk kebaikanku.
Kemudian aku dibawa ke surga ketiga dan Jibril minta dibukakan pintu, maka Jibril ditanya: "Siapa engkau?" Dia menjawab: "Jibril." Dikatakan lagi: "Siapa yang bersamamu?" Dia menjawab: "Muhammad," pertanyaan selanjutnya: "Apakah dia telah diutus?" Jibril menjawab: "Dia telah diutus." Maka dibukakan bagi kami (pintu langit ketiga) dan saya bertemu dengan Nabi Yusuf yang diberi separuh dari pesona dunia. Dia menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku.
Kemudian Jibril naik bersamaku ke langit keempat dan Jibril meminta dibukakan pintu, lalu Jibril ditanya: "Siapa engkau?" Dia menjawab: "Jibril." Ditanya lagi: "Siapa yang bersamamu?" Dia menjawab: "Muhammad," Selanjutnya: "Apakah dia telah diutus?" Jibril menjawab: "Dia telah diutus." Maka dibukakan bagi kami (pintu langit keempat) dan saya bertemu dengan Nabi Idris. Dia menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku. Allah berfirman yang artinya: "Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi." (Maryam: 57)
Kemudian Jibril naik bersamaku ke langit kelima dan Jibril meminta dibukakan pintu, maka dikatakan (kepadanya): "Siapa engkau?" Dia menjawab: "Jibril." Dikatakan lagi: "Siapa yang bersamamu?" Dia menjawab: "Muhammad" Dikatakan lagi: "Apakah dia telah diutus?" Dia menjawab: "Dia telah diutus." Maka dibukakan bagi kami (pintu langit kelima) dan saya bertemu dengan Nabi Harun. Dia menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku.
Beliau sedang menyandarkan punggunya ke Baitul Ma'muur. Setiap hari masuk ke Baitul Ma'muur tujuh puluh ribu malaikat yang tidak kembali lagi. Kemudian aku dibawa ke Sidratul Muntaha yang daunnya seperti telinga gajah dan buahnya seperti tempayan besar. Saat ditutupi perintah Allah, Sidratul Muntaha mengalami perubahan yang tidak bisa digambarkan makhluk Allah SWT.
Lalu Allah mewahyukan kepadaku apa yang Dia wahyukan. Allah mewajibkan kepadaku 50 shalat sehari semalam. Kemudian saya turun menemui Nabi Musa. Lalu dia bertanya: "Apa yang diwajibkan Tuhanmu atas umatmu?" Saya menjawab: "50 sholat." Nabi Musa berkata: "Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan, karena sesungguhnya umatmu tidak akan mampu mengerjakannya. Saya telah menguji dan mencoba bani Israil dan ternyata mereka terlalu lemah untuk menanggung tugas berat."
Nabi Muhammad SAW berkata: "Aku kembali kepada Tuhanku seraya berkata, Wahai Tuhanku ringankanlah untuk umatku." Maka dikurangi dariku lima sholat. Kemudian saya kembali kepada Musa dan berkata: "Allah mengurangi untukku 5 sholat." Dia berkata: "Sesungguhnya ummatmu tidak akan mampu mengerjakannya, maka kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan." Maka terus menerus saya pulang balik antara Allah SWT dan Nabi Musa, hingga Allah berkata: "Wahai Muhammad, sesungguhnya ini adalah 5 shalat sehari semalam, setiap shalat (pahalanya) 10, maka semuanya 50 shalat. Barangsiapa yang meniatkan kejelekan lalu dia tidak mengerjakannya, maka tidak ditulis (dosa baginya) sedikitpun. Jika dia mengerjakannya, maka ditulis (baginya) satu kejelekan." Kemudian saya turun sampai saya bertemu dengan Nabi Musa seraya aku ceritakan hal ini kepadanya. Dia berkata: "Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan," maka saya pun berkata: "Sungguh saya telah kembali kepada Tuhanku sampai saya pun malu kepada-Nya". (HR Muslim)
Dalam hadits lain, dikisahkan bahwa Rasulullah SAW melakukan perjalanan Isra Miraj dengan menunggangi Buraq. Buraq disebutkan sebagai sosok makhluk yang memiliki kecepatan secepat kilat
Baca artikel detikhikmah, "Hadits tentang Isra Miraj, Kisahkan Perjalanan Rasulullah ke Sidratul Muntaha" selengkapnya https://www.detik.com/hikmah/doa-dan-hadits/d-6575380/hadits-tentang-isra-miraj-kisahkan-perjalanan-rasulullah-ke-sidratul-muntaha.
Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ أَنَسٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُتِيَ بِالْبُرَاقِ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِهِ مُسْرَجًا مُلْجَمًا لِيَرْكَبَهُ، فَاسْتَصْعَبَ عَلَيْهِ، فَقَالَ لَهُ جِبْرِيلُ: مَا يَحْمِلُكَ عَلَى هَذَا؟ فَوَاللَّهِ مَا رَكِبَكَ قَطُّ أَكْرَمُ عَلَى اللَّهِ مِنْهُ. قَالَ: فارفضَّ عَرَقًا
Artinya: Dari Anas radhiallahu anhu, bahwa didatangkan kepada Nabi Muhammad SAW hewan Buraq di malam melakukan Isra. Buraq itu telah diberi pelana dan tali kendali untuk dinaiki Nabi Muhammad, tetapi Buraq sulit untuk dinaiki. Maka Jibril berkata kepadanya, "Apakah yang mendorongmu bersikap demikian? Demi Allah, tiada seorang pun yang menaikimu lebih dimuliakan oleh Allah SWT. daripada orang ini." Setelah itu Buraq mengucurkan keringatnya.
Baca artikel detikhikmah, "Hadits tentang Isra Miraj, Kisahkan Perjalanan Rasulullah ke Sidratul Muntaha" selengkapnya https://www.detik.com/hikmah/doa-dan-hadits/d-6575380/hadits-tentang-isra-miraj-kisahkan-perjalanan-rasulullah-ke-sidratul-muntaha.