
![]() |
DR.Tgk. H. Syahminan, M. Ag |
Khutbah : Hari Jum’at tanggal 31 Januari 2025
Tema : Rerlevansi Isra’ mi’raj untuk Kehidupan Muslim
Tempat : Mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
الحمد لله رب العالمين,والصلاة والسلام على أشرف المرسلين وخاتم النبيين ورحمة الله للعالمين سيدنا محمدوعلى آله وأصحابه أجمعين, وقال تعالى في كتابه العزيز اعوذ بالله من الشيطان الرجيم بسم الله الرحمن الرحيم سُبْحَٰنَ ٱلَّذِىٓ أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِۦ لَيْلًا مِّنَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ إِلَى ٱلْمَسْجِدِ ٱلْأَقْصَا ٱلَّذِى بَٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنْ ءَايَٰتِنَآ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ وبعد:
Kaum Muslimin Jamaah Jum’atyang dirahmati Allah SWT
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kita hidayah kepada kita sehingga kita dapat berhadir di rumah Allah untuk untuk melaksanakan shalat jum’at sebagai salah satu kewajiban bagi kita sebagai hamba yang beriman kepada Allah dan RasulNya
Shalawat dan salam marilah pula kita sampaikan kepada junjungan Alam Nabi besar Muhammad SAW. Sebagai Nabi dan Rasul yang terakhir sebaik baik pilihan untuk menjadi Rahmatan lil ‘alamiin , Juga kepada segenap keluarga dan sahabat beliau, yang telah meneruskan tugas Risalah beliau untuk memperbaiki akhlak dan menegakkan kebenaran serta keadilan di permukaan bumi ini.
Kaum Muslimin Jamaah Jum’atyang dirahmati Allah SWT
Judul Khutbah yang yang diberikan kepada Khatib hari ini adalah “RELEVANSI ISRA' MIKRAJ UNTUK KEHIDUPAN MUSLIM “
Dalam konteks kehidupan Muslim Perjalanan Isra' dan Mikraj adalah sebuah perjalanan spiritual Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsa di Yerusalem, kemudian naik ke langit dan bertemu dengan Allah SWT. Peristiwa tersebut dalam sejarah Islam memiliki banyak hikmah dan relevansi bagi kehidupan Muslim. Isra' dan Mikraj adalah pengalaman langsung Nabi Muhammad SAW dengan kekuasaan dan kebesaran Allah SWT. Peristiwa memberikan informasi kepada kita bahwa nabi muhammad Shallalulahu alaihi wasallam mendapatkan kedudukan tertinggi disisi Allah dengan para Nabi dan Rasul sebelumnya .
Isra' Mi'raj tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan Muslim sehari hari, ada beberapa Aspek yang memperanguhi kehidupan Muslim dan memiliki relevansi yang sangat penting antara lain sebagai berikut:
1. Aqidah
Peristiwa Isra' dan Mikraj yang diabadikan Allah dalam Al Qur’an menunjukkan kekuasaan dan kebesaran Allah SWT dalam menciptakan alam semesta dan mengatur kehidupan manusia. Peristiwa ini adalah salah satu Mu’jizat yang terus menerus menjadi isprirasi bagi muslim untuk terus mengembangkan ilmu untuk melaksanakan Fungsi Khalifah dipermukaan bumi ini, dan manusia harus sadar bahwa dengan izin Allah, dan manusia memiliki potensi untuk menjelajahi alam semesta sehingga dapat meningkatkan iman dan taqwa kepadaNya.
Kehidupan Muslim yang baik adalah kehidupan yang mampu mengimplementasikan kalimat la ilaha illaulahh dalam kehidupan sehari hari Mengakui keesaan Allah dan mengakui bahwa hanya Allah SWT yang layak disembah dan diibadahi serta meningkatkan kesadaran akan kehadiran Allah SWT: Selalu menyadari bahwa Allah SWT selalu mengawasi dan mengatur kehidupan kita.
2. Ibadah Shalat
Isra' Mi'raj mengingatkan muslim tentang pentingnya komunikasi seorang hamba dengan Khaliqnya. Ouput dari peristiwa Isra dan mikraj adalah Shalat lima wakktu, shalat merupakan ibadah inti, terpenting dan perioritas utama dalam Kehidupan Muslim yang paripurna
Relevansi Isra’ Mi’raj tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan kehidupan muslim , hal ini dapat dipahami dari kalimat yang disampaikan Allah dalam Atyat pertama surat al Isra’ dengan Kata Abdihī (hamba-Nya) bukan dengan kata “ Muhammad” atau “ Rasuulihi” yang dimaksudkan adalah Hamba Allah. Bukan Muhammad atau Rasulnya ketika disebutkan hamba maka termasuk disitu Rasul.
Dalam tafsir Ar-Rozi karangan Imam Fakhruddin Ar-Razi menjelaskan bahwa penggunakan kata ‘Abdi menunjukkan. Seorang hamba Allah adalah seorang yang sangat taat pada Tuhannya,rendah hati tidak sombong dan tidak pernah membantah kalau diperintah. Mengandung pesan bahwa Rasulullah digambarkan sebagai orang yang tidak pernah membantah sangat ta’at “Sami’nāwa Atha’nā” apa yang diperintahkan selalu diikuti tanpa membantah. Rasulullah tidak membantah ketika menerima perintah Shalat 50 waktu , keringanan menjadi 5 waktu tidak pemperanguhi pahala taklif pertama 50 waktu.
bahwa shalat 5 waktu yang dilakukan muslim dalam kehidupan sehari hari memiliki relevansi yang sangat penting dengan peristiwa isea’ Mi’raj Rasulullah bersabda Hadits
"الصلاة معراج المسلمين إلى الله"
(Shalat adalah mi'raj orang-orang muslim kepada Allah)
Mi'raj dalam konteks hadits ini bukan hanya berarti perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan spiritual. Shalat diibaratkan sebagai mi'raj karena dalam shalat, seorang muslim dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT dan meningkatkan kualitas spiritualnya. Shalat memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan seorang muslim. Shalat tidak hanya sebagai kewajiban, tetapi juga sebagai sarana untuk seorang muslim untuk berkomunikasi langsung dengan Allah SWT dan mendekatkan diri kepada-Nya. Shalat itu sebagai identitas orang muslim yang beriman sebagaimana Sabda Rasulullah SAW
وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {لِكُلِّ شَيْءٍ عَلَمٌ وَعَلَمُ الْإِيْمَانِ الصَّلَاةُ
“Segala sesuatu itu memiliki tanda, dan tandanya keimanan adalah shalat.”
Dan bila seorang Muslim tidak melaksanakan Shalat maka ia telah melakukan Salah satu Dosa besar dan dia telah dianggap menjadi orang yang kufur terhadap nikmat Allah . Dalam Hadis yang diriwayatkan oleh imam Ath-Thabarani dari sahabat Anas bin Malik Rasulullah SAW bersabda
وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {مَنْ تَرَكَ الصَّلَاةَ مُتَعَمِّدًا فَقَدْ كَفَرَ جِهَارًا
“Barangsiapa yang meninggalkan shalat dengan sengaja, maka ia telah kafir dengan terang-terangan.”
Kaum Muslimin Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah SWT!
Shalat merupakan amal ibadah pertama yang dihisab di hari Akhirat sebagaimana hadist Rasulullah SAW
\
Dari Abdullah bin Qarth radhiallahu anhu bahwa Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
أول ما يحاسب عليه العبد يوم القيامة الصلاة، فإن صلحت صلح سائر عمله وإن فسدت فسد سائر عمله
“Amal ibadah yang pertama yang akan dihisab oleh Allah pada hari kiamat adalah shalatnya, jika shalatnya baik maka baiklah seluruh amalannya yang lain dan jika shalatnya rusak maka rusaklah seluruh amalannya yang lain [HR Thabrani, dishahihkan oleh syaikh Albani].
Shalat adalah sebagai wujud komunikasi langsung seorang Muslim dengan Allah.dan sarana pengjambaran bagi jiwa manusia dengan Allah SWT dan mempunyai kedudukan yang sangat penting dan mendasar dalam Islam. Shalat memiliki manfaat untuk mencegah perbuatan keji dan mungkar.
Dalam Kitab Ihya' Ulumiddin, Imam Al Ghazali rahimaullah menuliskan bahwa shalat harus dikerjakan sungguh-sungguh dan tidak mungkin dilakukan dalam keadaan lalai. Imam Ash-Shadiq a.s. dalam salah satu hadis berkata, “Seseorang yang ingin melihat apakah shalatnya telah diterima oleh Allah swt atau belum, hendaklah ia melihat apakah shalat yang telah dilakukannya ini dapat mencegahnya dari perbuatan yang keji dan mungkar atau tidak? Sejauh mana ia telah tercegah dari hal-hal tersebut, sekadar itu pulalah shalat yang dilakukannya telah dikabulkan di sisi-Nya”.
Kaum Muslimin Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah SWT
Adapun hikmah yang dikandung shalat sebagaimana disampaikan Allah dalam surat Al Ankabut ayat 45 , Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan Mungkar
Kata ‘al-fahsyâ` (الفحشاء) terulang di dalam al-Quran sebanyak 7 kali. Sedang kata al-munkar (المنكر) terulang sebanyak 15 kali. Menurut kamus bahasa al-Qur’an, al-fahsyâ` (الفحشاء) terambil dari akar kata fahusya (فحش), yang pada mulanya berarti: “melampaui batas dalam (hal) keburukan dan kekejian, baik ucapan maupun perbuatan.” Dan kata (الفحشاء) ‘al-munkar’ pada mulanya berarti: “sesuatu yang tidak dikenal sehingga diingkari dalam arti tidak disetujui.” Itulah sebabnya al-Quran memerhadapkan kata ‘al-munkar (المنكر)’, yang berarti: “tidak dikenal atau diingkari,” dengan kata ‘al-ma’ruf’ (المعروف), yang berarti: “dikenal atau disetujui.”
Sebagian ulama mendefinisikan kata al-munkar (المنكر)– dalam pengertian syariat – adalah: “segala sesuatu yang melanggar norma-norma agama dan adat istiadat masyarakat.” Dari definisi ini, kata al-munkar (المنكر) memiliki pengertian lebih luas daripada kata ma’shiyah (المعصية)/maksiat.
Dari ayat yang menggandengkan kata al-fahsya’ (الفحشاء) dan al-munkar (المنكر) dapat disimpulkan, bahwa Allah melarang manusia untuk melakukan segala macam kekejian dan pelanggaran terhadap norma-norma masyarakat. Dan shalat mempunyai peranan yang sangat besar dalam mencegah kedua bentuk keburukan itu, bila dilaksanakan secara sempurna dan berkesinambungan.
Kaum Muslimin Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah SWT
Disamping relevansi Shalat dengan kehidupan seorang muslim yang paripurna , peristiwa Isra’ Mi’raj juga membawa pesan hikmah yang tidak bisa terpisahkan dengan kehidupan sehari hari antara lain sbb:
1. Meningkatkan Kesabaran dan Ketabahan:
Isra' Mi'raj mengajarkan muslim tentang kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi cobaan dan tantangan, kesabaran Nabi yang luar biasa sebagaimana yang dialami oleh Nabi ketika berada di Thaif. Rasulullah merasa sangat sedih sepulang dari Thaif. Dan ini merupakan salah satu dari latar belakang terjadinya peristiwa Isra’ mi’raj. Penolakan Nabi oleh Penduduk Thaif dinukilkan dalam hadis berikut:
Di perjalanan pulang, beliau memanjatkan doa. Dinukil oleh Imam at-Thabrani dalam al-Mujam al-Kabir, al-Baghdadi dalam al-Jami' li Akhlaq ar-Rawi, berikut bunyinya,
اللّهُمّ إلَيْك أَشْكُو ضَعْفَ قُوّتِي ، وَقِلّةَ حِيلَتِي ، وَهَوَانِي عَلَى النّاسِ، يَا أَرْحَمَ الرّاحِمِينَ ! أَنْتَ رَبّ الْمُسْتَضْعَفِينَ وَأَنْتَ رَبّي ، إلَى مَنْ تَكِلُنِي ؟ إلَى بَعِيدٍ يَتَجَهّمُنِي ؟ أَمْ إلَى عَدُوّ مَلّكْتَهُ أَمْرِي ؟ إنْ لَمْ يَكُنْ بِك عَلَيّ غَضَبٌ فَلَا أُبَالِي ، وَلَكِنّ عَافِيَتَك هِيَ أَوْسَعُ لِي ، أَعُوذُ بِنُورِ وَجْهِك الّذِي أَشْرَقَتْ لَهُ الظّلُمَاتُ وَصَلُحَ عَلَيْهِ أَمْرُ الدّنْيَا وَالْآخِرَةِ مِنْ أَنْ تُنْزِلَ بِي غَضَبَك أَوْ يَحِلّ عَلَيّ سُخْطُكَ، لَك الْعُتْبَى حَتّى تَرْضَى وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوّةَ إلّا بِك
Artinya: "Ya Allah, kepada-Mu aku mengadukan kelemahanku, kekurangan daya upayaku di hadapan manusia. Wahai Tuhan Yang Maharahim, Engkaulah Tuhan orang-orang yang lemah dan Tuhan pelindungku. Kepada siapa hendak Engkau serahkan nasibku? Kepada orang jauhkah yang berwajah muram kepadaku atau kepada musuh yang akan menguasai diriku? Asalkan Engkau tidak murka kepadaku, aku tidak peduli sebab sungguh luas kenikmatan yang Engkau limpahkan kepadaku. Aku berlindung kepada nur wajah-Mu yang menyinari kegelapan dan karena itu yang membawa kebaikan di dunia dan akhirat dari kemurkaan-Mu dan yang akan Engkau timpakan kepadaku. Kepada Engkaulah aku adukan halku sehingga Engkau ridha kepadaku. Dan, tiada daya upaya melainkan dengan kehendak-Mu,"
Menyaksikan hal itu, Malaikat Jibril merasa terluka. Ia lalu berkata kepada Nabi Muhammad, "Allah mengetahui apa yang terjadi padamu dan orang-orang ini. Allah telah memerintahkan malaikat-malaikat di gunung-gunung untuk menaati perintahmu,"Nabi Muhammad justru menjawab dengan lembut, "Tidak. Aku mohon mereka diberi tangguh waktu. Ke depannya, mudah-mudahan Allah berkenan melahirkan dari mereka generasi yang akan menyembah-Nya tanpa mempersekutukan dengan sesuatu apa pun,"
3. Mengingatkan tentang Pentingnya Mengikuti Sunnah Nabi:
Isra' Mi'raj mengingatkan muslim tentang pentingnya mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW dalam kehidupan sehari-hari.
4. Meningkatkan Kesadaran tentang Kehidupan Spiritual:
Isra' Mi'raj mengingatkan muslim tentang pentingnya memperhatikan kehidupan spiritual dan meningkatkan kualitas diri.
5. Mengingatkan tentang Akhirat:
Isra' Mi'raj mengingatkan muslim tentang pentingnya mempersiapkan diri untuk menghadapi akhirat, dengan meningkatkan amal shaleh dan menghindari dosa-dosa.
Dengan demikian, Isra' Mi'raj memiliki relevansi yang sangat penting bagi kehidupan muslim, baik dalam hal meningkatkan iman dan taqwa, maupun dalam hal mengingatkan tentang pentingnya shalat, syukur, dan mengikuti sunnah Nabi.