
![]() |
Tgk. H. Surianto Sudirman, Lc., MA Pimpinan Dayah Terpadu Nurul Ikhwah Nagan Raya |
Salah satu sifat Allah adalah Qiyamuhu Bi Nafsihi (berdiri sendiri) artinya Allah tidak butuh kepada apa pun dan siapa pun. “ Wallahu Ghaniyyun ‘Anil ‘Aalamiin” . Yang butuh kepada Allah adalah makhluk. Para teolog (para ulama Tauhid) mengatakan: “Al-‘Aalam Ma Siwallahi” (selain Allah semuanya makhluk) dan manusia adalah salah satu dari golongan makhluk-makhluk Allah yang tak terhingga jumlahnya.
Manusia jika membutuhkan sesuatu maka mintalah kepada Allah. “Idza saalta fas-alillaha (Hadis) ” Meminta dalam syariat kita adalah dengan cara berdoa kepada Allah. “Wa idza saalaka ‘ibaadii ‘anni fa inni qariiibun, ujiibud dakwatad da’i idzaa da’aan (QS-Albaqarah 186)” para mufassir mengatakan doa orang mukmin pasti diterima dan tidak tertolak. Cuma mungkin terkadang terjadi penundaan (tidak langsung dikabulkan) atau diganti dengan yang lain yang lebih baik. Adapun doa Non Muslim maka tergantung dengan Masyii-ah Allah (kehendak Allah) jika Allah berkehendak Allah kabulkan, jika tidak, maka tidak Allah kabulkan.
Salah satu waktu yang terbaik untuk berdoa adalah di bulan Ramadhan. Bahkan ayat “Wa Idzaa Saalaka ‘Ibaadi ‘Anni Fa Inni Qariibun” terletak dalam rangkaian ayat-ayat yang membahas tentang ibadah puasa Ramadhan.
Kita sekarang berada di penghujung Sya’ban, jika Allah masih menakdirkan kita hidup di bumi yang fana ini, maka kita akan segera bertemu dengan Ramadhan yang mulia. Allahumma Ballighna Ramadhan. Para salafus salih senantiasa juga berdoa: “Allahumma Sallim lii Ramadhan, wa Sallim Ramadhan lii, wa Tasallamuhu minni Mutaqabbala” .
Bertemu dengan Ramadhan adalah sebuah anugerah agung dan nikmat terbesar dalam hidup. Bukan cuma kita yang ingin bertemu dengan Ramadhan, bahkan__kata para ulama- mereka yang telah wafat pun berkeinginan agar dibangkitkan dan dipertemukan dengan Ramadhan. Para ulama berdalilkan dengan sebuah kisah masuk Islamnya 2 orang pemuda di masa Nabi. Kisah ini diriwatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad beliau dari Sahabat Thalhah bin ‘Ubaidillah.
“Kana Rajulaani min Baliyyin Hayyun Min Qudha’ata Aslamaa Ma’an Nabiyyi Shallahu ‘alaihi wa sallama, Wastusyhida ahaduhuma wa ukh-khiral Aakharu Sanatan. Qaala Thalhatu: Fa Uriitul Jannata, Fa Raaytu Fiiha Al-Muakh-khara Minhuma Udkhila Qablasy Syahiid, Fa’ajibtu li dzaalika Fa Ashbahtu, Fa Dzakartu Dzaalika Li Rasuulillahi Shallahu ‘alaihi wa sallama. Fa Qaala Rasuulullah Shallahu ‘alaihi wa sallama: Alaisa qad Shaama Ramadhana, Alaisa Qad Shalla Sittata Aalaafi Rak’atan Aw Kadza Wa Kadza Rak’ata Shalatis Sanati”
Dahulu di masa Nabi ada 2 orang pemuda masuk Islam di hadapan Nabi. Kemudian keduanya pergi berjihad fi sabilillah. Salah seorang dari kedua pemuda ini syahid fi sabiilillah dan seorang lagi wafat satu tahun pasca wafatnya pemuda pertama. Pada suatu malam Sahabat Thalhah (perawi hadis ini) mengatakan: aku bermimpi melihat syurga, dan aku melihat sahabat yang wafat satu tahun setelah sahabatnya wafat dimasukkan oleh Allah kedalam syurga dulu Allah. Ta’al. aku heran. Ketika aku terbangun dari tidurku, aku pergi menemui Nabi aku ceritakan mimpiku. Kemudian Nabi mengatakan: Kenapa engkau heran wahai Thalhah, bukankah laki-laki yang wafat satu tahun setelah temannya syahid fi sabilillah bertemu dengan Ramadhan ? shalat 6000 sekian rakat dan rakaat-rakaat lainnya sepanjang tahun ?
Diantara pelajaran dari hadis di atas, Ramadhan salah satu sarana yang akan memasukkan kita ke syurga. Ramadhan impian dan harapan mereka yang telah wafat agar dibangkitkan dan dipertemukan dengan Ramadhan.
Jamaah yang dirahmati Allah, Jika Allah mempertemukan kita dengan Ramadhan, jadikanlah Ramadhan kali ini Ramadhan yang paling bermakna dalam hidup kita, Ramadhan terbaik dalam hidup kita. JIka kita dipertemukan dengan Ramadhan, maksimalkanlah setiap amal ibadah kita.
Maksimalkan puasa kita, minimal jika belum mampu mencapai puasanya khawaasul khawaas (puasanya para Nabi dan shaalihin), maka mari kita berpuasa puasanya Khawaash (puasanya orang-orang khusus) ciri mereka: bukan hanya puasa untuk menahan lapar dan dahaga serta hubungan biologis saja, tapi seluruh anggota tubuhnya berpuasa. Matanya berpuasa. Telinganya berpuasa, hidungnya berpuasa, tangan dan kakinya berpuasa. Ini tentu sebuah ujian dan tantangan yang sulit.
Di malamnya mari kita maksimalkan Qiyamullail kita, tarawih kita. Shiyam dan Qiyam ibarat satu paket. Tidak indah jika kita hanya shiyam tapi tidak qiyam. Maka mari berazam untuk shalat tarawih satu bulan penuh, bahkan semakin menuju akhir Ramadhan, semakin maksimal tarawih kita. Kenapa di syariatkan I’tikaf di 10 terakhir di bulan Ramadhan ? salah satunya agar kita bisa memaksimalkan Ramadhan ini sepenuhnya. Mana tau ada yang tidak maksimal saat penyambutan Ramadhan, maka semoga dengan beriktikaf seseorang bisa memaksimalkan saat melepas pergi Ramadhan.
Maksimalkan tilawah Alquran kita di bulan Ramadhan. Membaca Quran di bulan Ramadhan adalah sebuah reuni khusus dengan Al-Quran, karena Al-Quran diturunkan di bulan Ramadhan. “Syahru Ramadhanalladzii Unzila fiihil Quraanu Hudal Linnas wa Bayyinatim Minal Hudaa wal Furqaan”….Imam Fudhail bin ‘Iyadh mengatakan: “Haamilul Quran, Haamilu Raayatil Islam” (para penghafal al-Quran, para pembaca al-Quran adalah para pembawa panji-panji Islam). Ibarat di medan jihad, bagi sebuah pasukan, panji adalah sesuatu yang harus dijaga dan dipertahankan, begitulah kondisi umat dengan Al-Quran. Jika tidak terus bersama Al-Quran (membaca, menghafal, mentadabburi dan mengamalkan) maka ditakutkan umat ini akan jatuh. Yang belum bisa tilawah Al-Quran dengan baik dan benar, maka semoga Ramadhan kali ini adalah Ramadhan yang akan menuntun dia untuk belajar Al-Quran, hingga nanti akhirnya saat bertemu Allah dia telah bisa membaca Kalaamullah.
Maksimalkan Sedekah kita di bulan Ramadhan. Nabi adalah manusia yang paling dermawan. Dan kedermawanan beliau di bulan Ramadhan melampaui kedermawanan beliau di bulan-bulan lainnya di luar Ramadhan. Kita ingin semua umat Islam merasakan suasana Ramadhan sebagaimana yang kita rasakan. Tapi tentu saat ini kita semua tahu jika di belahan bumi sana, di sebuah negara yang bernama Palestina saudara-saudara kita yang berjibaku siang dan malam, memberikan segalanya yang mereka miliki (keringat, air mata, darah, bahkan nyawa) untuk Masjidil Aqsha demi kita dan kehormatan kita umat Islam. Mereka di sana belum bisa berpuasa secara maksimal seperti yang kita lakukan. Tidak punya rumah, tidak punya pakaian, tidak punya makanan, dan lain-lain. Keadaan semakin parah pasca agresi penjajah yahudi zionis selama 1.5 tahun (7/10/2023 sampai 15/1/2025). Rekronstruksi Gaza membutuhkan biaya lebih kurang 53 Milyar USD atau lebih kurang setara dengan 867 Triliyun Rupiah (dengan kurs saat ini). Maka mari kita berbagi untuk saudara-saudara kita di Palestina, semoga ini akan menjadi salah satu bukti jihad mal kita untuk Masjidil Aqsha dan Tahan Suci Palestina.
Tentu begitu amat banyak ketaatan demi ketaatan yang bisa kita semai di bulan Ramadhan , intinya persiapkan jiwa dan raga untuk Ramadhan, mulai dengan taubatan nasuha, pelajari ilmu tentang Ramadhan (fikih puasa, fikih tarawih, fikih iktikaf). Semoga tidak ada yang terharamkan dari kebaikan Ramadhan, karena manusia yang terjauhkan dan terharamkan dari kebaikan Ramadhan sungguh amat tercela. “Al-Mahrum Man Hurrima Khairaha, wal Maluum Man Lam Yatazawwad li Ma’aadihi” .
Semoga Ramadhan 1446 H menjadi Ramadhan terbaik dalam hidup kita. Ramadhan yang akan membersihkan hati kita, karena dari hati yang bersih itu akan terpancar cahaya taqwa, “At-Taqwa Ha Hunaa” dan saat kita keluar dari madrasah Ramadhan kita akan menjadi para alumni yang muttaqin (bertaqwa) “ La’allakum Tattaquun (Al-Baqarah 183) “. Pribadi-pribadi yang akan berkontribusi dan membawa kebaikan untuk negeri yang kita cintai ini. “Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafuur” .
*Teks khutbah jumat yang disampaikan di Masjid Raya Baiturrahman pada tanggal 28/2/2025.